WahanaNews.co, Jakarta - Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi mengganti India menjadi nama Sanskerta, Bharat, di undangan makan malam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Isu ini menjadi perbincangan setelah foto yang tampaknya undangan makan malam G20 itu beredar di internet. Dalam gambar tersebut tertera "On the occasion of G20 Summit" dengan keterangan di bawahnya "President of Bharat."
Baca Juga:
Sosok Sheikh Hasina, PM Bangladesh Kabur ke India yang Mundur-Kabur karena Demo
India memegang presidensi G20 tahun ini dan akan menggelar KTT pada 8-10 September di New Delhi.
Nama Bharat yang tertulis dalam undangan itu pun menjadi kontroversi. Sejumlah pihak mendukung, tetapi ada pula yang mengkritik.
Kepala Menteri Uttarakhand Puskar Sing Dhami mengaku bangga dengan penulisan Bharat di undangan makan malam G20.
Baca Juga:
PM Bangladesh Undur Diri, Hasina Mengungsi ke India
"Ini momen yang membanggakan bagi setiap warga India 'Presiden Bharat' tertulis di kartu undangan makan malam yang digelar di Rashtrapati Bhavan saat KTT G20," kata dia di X, yang dulu bernama Twitter.
Namun, salah satu anggota Kongres India, Shashi Tharoor, punya penilaian sendiri.
"Saya berharap pemerintah tak akan sebodoh itu dengan sepenuhnya mengganti 'India,' yang punya nilai tak terhitung banyaknya yang dibangun selama berabad-abad," kata Tharoor.
Negara berpenduduk lebih dari 1,4 miliar jiwa ini memang sebenarnya secara resmi dikenal dengan dua nama, India dan Bharat. Namun, sebutan India yang kerap digunakan di dalam dan luar negeri.
Sementara itu, Bharat adalah kata Sanskerta kuno yang diyakini banyak sejarawan berasal dari teks-teks Hindu awal. Kata ini juga digunakan sebagai pilihan bahasa Hindi untuk India.
Perselisihan mengenai India vs Bharat memanas usai partai oposisi mengumumkan aliansi baru, Aliansi Inklusif Pembangunan Nasional India, atau INDIA, pada Juli lalu, demikian laporan Al Jazeera.
Mereka berusaha menggeser posisi Modi dan mengalahkan partainya, Partai Bharatiya Janata (BJP), dalam pemilihan umum pada 2024.
Sejak itu, beberapa pejabat di partai Modi menuntut agar nama India diganti menjadi Bharat.
Para pejabat BJP juga berpendapat nama India diperkenalkan Inggris dan merupakan "simbol perbudakan."
Inggris memerintah India selama sekitar 200 tahun hingga negara itu memperoleh kemerdekaan pada 1947.
Sejumlah media India melaporkan pemerintah mungkin akan membawa resolusi mengenai pergantian nama itu dalam sidang khusus parlemen September ini.
[Redaktur: Sandy]