WahanaNews.co, Jakarta – Menyusul potensi konflik panas yang diprediksi akan terjadi antara Iran dan Israel dalam waktu dekat, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) mengklaim telah mempersiapkan rencana darurat untuk para WNI yang berada di Iran.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Judha Nugraha menyebut Kemlu bersama KBRI Teheran dan Perwakilan RI di Timur Tengah saat ini terus memantau situasi di kawasan tersebut.
Baca Juga:
Balas Israel, Iran Disebut Bakal Tingkatkan Kekuatan Hulu Ledak
"Sesuai SOP, setiap perwakilan RI wajib memiliki rencana kontingensi untuk antisipasi situasi kedaruratan bagi perlindungan WNI," kata Judha saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (13/4).
Judha selanjutnya melaporkan jumlah WNI yang saat ini bertempat di Iran tercatat sebanyak 376 orang.
"Mayoritas adalah pelajar atau mahasiswa yang bertempat tinggal di Kota Qom," ujarnya.
Baca Juga:
Elon Musk Beberkan Alasan Tangguhkan Akun X Pemimpin Tertinggi Iran
Belakangan muncul kekhawatiran Iran akan melakukan balasan serangan menyusul Israel yang pada tanggal 1 April lalu meratakan gedung diplomatik Iran di Damaskus.
Kepemimpinan ulama Iran juga telah berjanji untuk membalas serangan yang menewaskan tujuh anggota pasukan elit Garda Revolusi Republik Islam, termasuk dua jenderal itu.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pun telah memprediksi serangan Iran ke Israel akan terjadi dalam waktu dekat. Pada Jumat (12/4) kemarin, Biden menyebut serangan itu akan terjadi cepat atau lambat.
Ia juga memberikan peringatan keras kepada Iran agar tidak gegabah melakukan serangan ke Israel.
Biden pun dalam kesempatan itu menekankan komitmen pemerintahannya terhadap keamanan Israel.
Sebab Iran kemungkinan menargetkan aset-aset Israel atau AS sebagai balasan atas serangan Israel pada pekan lalu di Damaskus.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga berbicara kepada setiap negara yang memiliki hubungan dengan Iran bahwa mereka berkepentingan untuk menggunakan hubungan tersebut untuk mengirim pesan kepada Iran bahwa Iran tidak boleh meningkatkan konflik ini.
[Redaktur: Alpredo Gultom]