WahanaNews.co | Presiden Belarusia Alexander Lukashenko memperingatkan bahayanya dari senjata nuklir Rusia di bawah komando Presiden Vladimir Putin.
Menurutnya, jika senjata itu digunakan di Ukraina maka akan menjadi akhir dari planet Bumi atau kiamat. Sebab, efeknya tak hanya diderita Ukraina tapi juga ada reaksi berantai.
Baca Juga:
WHO Sebut Sebagian Warga Gaza Terpaksa Konsumsi Air Got dan Pakan Ternak
Dia yakin Putin tidak akan menggunakan senjata berbahaya itu kecuali Rusia benar-benar tersudut.
Menurutnya, ancaman perang nuklir hanyalah motivator politik. Namun, jika itu terjadi, kehancuran akan terjadi dan tidak hanya di Ukraina.
"Ini akan menjadi akhir dari planet kita," kata Lukashenko.
Baca Juga:
Menlu Bangladesh Minta PBB Ikut Selesaikan Masalah Pengungsi Rohingya
"Jika senjata nuklir digunakan bahkan oleh satu negara, itu akan menyebabkan reaksi berantai. Rusia memahami ini dengan baik," paparnya dalam wawancaranya dengan NBC News, Jumat (14/10/2022).
"Dan tidak ada seorang pun, saya ingin menggarisbawahi ini, saya tahu pasti dari Presiden Putin sendiri, tidak ada yang menetapkan tujuan untuk menggunakan senjata nuklir," imbuh Lukashenko yang selama ini dikenal sebagai sekutu Putin.
Ketika Ukraina memperkuat pertahanannya dan serangan baliknya terus merusak pasukan Rusia, retorika Putin semakin agresif, di mana presiden Rusia itu secara eksplisit mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk melindungi wilayah-wilayah yang baru saja dicaplok.
Lukashenko mengatakan bahwa jika garis merah tertentu dilanggar di Ukraina, Putin dapat melanjutkan serangannya terhadap negara itu dengan cara yang lebih buruk daripada yang sudah dia lakukan.
Lukashenko merujuk serangan rudal Putin terhadap infrastruktur Ukraina yang menewaskan warga sipil, menghancurkan jembatan, gedung, dan pembangkit listrik, dan mengatakan jika Putin tersudut, lebih banyak serangan serupa bisa terjadi.
Menurutnya, Rusia memiliki senjata paling modern dan tidak membutuhkan senjata nuklir untuk memenangkan perang.
Namun, Michael Kimmage, profesor dan ketua departemen sejarah Universitas Katolik Amerika, mengatakan kepada Newsweek bahwa Lukashenko adalah sekutu Kremlin, dan pesannya mungkin hanya untuk mengintimidasi.
Kimmage mengatakan pesan itu juga bisa menjadi tanggapan terhadap deklarasi Presiden Joe Biden tentang bagaimana Amerika Serikat akan campur tangan jika diperlukan dan pengumuman Uni Eropa (UE) bahwa mereka akan mendukung serangan langsung terhadap militer Rusia jika perang nuklir diluncurkan.
"Ini bukan kecelakaan," kata Kimmage tentang pesan Lukashenko.
"Ini dalam koordinasi yang erat dengan Kremlin."
Kimmage mengatakan pesan itu memiliki dua tujuan: untuk memicu reaksi emosional karena tidak ada lagi yang berhasil dalam perang Rusia melawan Ukraina, dan untuk digunakan terutama untuk konsumsi domestik di Rusia.
"'Kami tangguh, kami tidak mundur, kami memiliki senjata,' mereka mengirim pesan kepada diri mereka sendiri," imbuhnya, yang dilansir Sabtu (15/10/2022).
Namun, Kimmage mengatakan kepada Newsweek bahwa Lukashenko mungkin tidak salah. Jika perang nuklir terjadi kemudian, itu dapat menyebabkan eskalasi serius dari AS.
"Sulit membayangkan Rusia tidak akan menanggapi dengan eskalasi mereka sendiri," kata Kimmage, yang menambahkan bahwa siklus perang bolak-balik jauh lebih menakutkan daripada Krisis Rudal Kuba.
Kimmage mengatakan satu-satunya taktik Rusia mungkin menunggu musim dingin, melihat kerusakan ekonomi Eropa dan melihat apakah dukungan Ukraina dari negara-negara sekutu melemah.
Sementara itu, Lukashenko pada hari Jumat mendesak partai-partai politik untuk menemukan solusi damai untuk perang, menggembar-gemborkan manfaatnya bagi semua negara, termasuk AS. [Tio]