WahanaNews.co, Jakarta - Seorang diplomat senior Korea Utara (Korut) yang bertugas di Kuba, Ri Il-kyu (52), telah membelot ke Korea Selatan (Korsel), mengkhianati pemimpin negaranya, Kim Jong-un.
Pembelotan ini terjadi pada November lalu, namun baru terungkap dalam laporan surat kabar Korea Selatan, Chosun Ilbo, pada Selasa (16/7/2024).
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Ri Il-kyu, yang sebelumnya bertanggung jawab atas urusan politik di Kedutaan Korea Utara di Kuba, tercatat sebagai diplomat tinggi pertama yang membelot sejak tahun 2016. Tugasnya termasuk mencegah hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Kuba, namun pada Februari, kedua negara berhasil menjalin hubungan diplomatik.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang mengurusi urusan antar-Korea, menolak mengonfirmasi laporan tersebut dengan alasan privasi.
Detail mengenai pembelotan warga Korea Utara seringkali memerlukan waktu berbulan-bulan untuk terungkap, dan para pembelot harus mendapatkan izin dari pihak berwenang serta menjalani kursus pendidikan tentang masyarakat dan sistem Korea Selatan.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
Ri memulai kariernya di Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada tahun 1999 dan pernah menerima pujian dari Kim Jong-un atas keberhasilannya dalam bernegosiasi dengan Panama pada tahun 2013 untuk mencabut penahanan kapal Korea Utara yang tertangkap membawa senjata dari Kuba.
Ri mengungkapkan bahwa ia memilih membelot karena kekecewaannya terhadap rezim Kim Jong-un dan penilaian yang tidak adil terhadap pekerjaannya.
Ri menjelaskan bahwa ia terbang keluar Kuba bersama keluarganya tetapi tidak memberikan detail lebih lanjut tentang pelarian tersebut. Ia mengatakan bahwa ia membuat keputusan akhir untuk melarikan diri ketika permintaannya untuk berobat ke Meksiko ditolak tahun lalu.
Warga Korea Utara yang tertangkap mencoba membelot menghadapi hukuman berat, termasuk hukuman mati, menurut kelompok hak asasi manusia.
Jumlah pembelot yang tiba di Korea Selatan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena ketatnya pembatasan penyeberangan perbatasan ke China dan biaya besar yang diperlukan untuk perantara.
Pada tahun 2023, hanya 196 pembelot Korea Utara yang tiba di Seoul, turun dari 2.700 pada satu dekade lalu. Sebagian besar pembelot baru-baru ini adalah mereka yang sudah lama tinggal di luar negeri, seperti diplomat Ri. Pembelotan besar terakhir yang diketahui adalah oleh Tae Yong-ho, mantan wakil duta besar Korea Utara untuk Inggris, pada tahun 2016.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol baru-baru ini menjanjikan dukungan keuangan yang lebih baik bagi para pembelot dan insentif pajak bagi perusahaan yang mempekerjakan mereka.
Korea Utara telah menutup beberapa kedutaannya dalam upaya untuk "menata ulang kapasitas diplomatiknya secara efisien," yang menunjukkan kesulitan yang dihadapi negara tersebut di bawah sanksi internasional.
Meskipun demikian, Korea Utara masih memiliki kedutaan besar di Kuba, meskipun duta besarnya kembali ke negara asal pada bulan Maret.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]