Banyak pihak yang menyalahkan manajemen. Pada 15 September lalu, Dick Benschop, Presiden dan CEO Royal Schiphol Group, mengundurkan diri.
Benschop mengakui situasi kacau yang terjadi di bandaranya. Ia juga mengakui masalah operasional yang tengah dihadapi.
Baca Juga:
IWGFF Dorong Kolaborasi Masyarakat Sipil dalam Melawan Kejahatan Keuangan Hijau
Masalah itu terjadi karena minimnya tenaga kerja.
"Masalah tenaga kerja tidak akan hilang dalam semalam. Itulah yang kami hadapi saat itu. Dan untuk semua orang yang terlibat, ini adalah kerja keras yang luar biasa. Saya tau, ini sangat membuat frustasi dan menyakitkan. Tapi kita akan melewatinya," ujar Benschop.
Dia mengatakan bahwa manajemen berkomitmen untuk memperbaiki masalah dengan memberikan pengalaman penumpang yang lebih baik dan meningkatkan kondisi kerja dan gaji pekerja.
Baca Juga:
Kementan Dorong Optimasi Ratusan Hektar Lahan Baru di Sumsel
Selain itu, mereka juga berupaya untuk bekerja dengan maskapai penerbangan untuk membangun kembali kapasitas penerbangannya.
Meski begitu, Benschop juga mengatakan bahwa kondisi kekacauan di Bandara Schiphol tersebut belum dapat berakhir selama liburan sekolah musim gugur di Belanda.
Namun demikian, kekacauan pada Bandara Schiphol akhirnya bisa mereda berkat bonus 5,25 euro per jam untuk para pekerja keamanan.