Namun, bonus tersebut tak berlaku untuk petugas kebersihan bandara, yang akhirnya memutuskan untuk mogok kerja pada Juni lalu.
Pemimpin kampanye serikat pekerja Schiphol Josst van Doesburg mengatakan bahwa yang dibutuhkan para pekerja adalah jadwal kerja yang adil, lebih sedikit outsourcing untuk operasional bandara, dan upah yang lebih baik.
Baca Juga:
Kementan Dorong Optimasi Ratusan Hektar Lahan Baru di Sumsel
"Buruknya sistem kerja membuat banyak pekerja yang pada akhirnya memilih untuk pergi dari bandara dan mencari peruntungan yang lain," ujar Doesburg.
Saking kacaunya, banyak penumpang yang mengamuk dan melampiaskan rasa frustasi mereka ke media sosial dan mendokumentasikan situasi di bandara dengan tagar #SchipholChaos.
Dalam sebuah rilis yang disebarkan pada Jumat (30/9) silam, pihak Bandara Schiphol mengatakan mereka telah secara aktif bekerja untuk meningkatkan kondisi kerja, termasuk upah yang lebih baik, jadwal pekerja yang lebih konsisten, dan merekrut lebih banyak staf.
Baca Juga:
Olokan ke Tukang Es Teh Viral, Presiden Prabowo Tegur Gus Miftah
Bandara Schiphol juga berencana memberikan kompensasi untuk penumpang penerbangan yang terlewat dan biaya lainnya yang disebabkan oleh antrean panjang. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.