Ketua Serikat Produsen dan Ketua Asosiasi Pengusaha dan Perusahaan, Ron Tomer, menegaskan bahwa analisis tersebut secara jelas menunjukkan dampak serius perang terhadap ekonomi Israel.
Harus dicatat bahwa estimasi tersebut belum memperhitungkan kerusakan finansial tambahan yang mungkin timbul selama periode tersebut dan bisa sangat signifikan.
Baca Juga:
Ketegangan Meningkat, 2 Tentara Iran Gugur dalam Serangan Israel
"Kerugian total yang diterima Israel hanya akan dinilai secara ekonomi pada akhir pertempuran, seperti kerusakan langsung pada pabrik dan kerusakan pada profitabilitas,” tulis laporan media tersebut.
Selain penurunan produktivitas, Israel juga akan mengalami kerugian tidak langsung, seperti rusaknya reputasi perusahaan Israel dengan pelanggan di luar negeri, pembatalan transaksi, kegagalan mematuhi jadwal, dan depresiasi syikal (mata uang Israel).
Jika konflik meluas dan tidak hanya mencakup Hamas tetapi juga Iran, pendukung utama Palestina, Bloomberg memperkirakan harga minyak bisa naik hingga 150 dolar AS per barel dan menyebabkan resesi global yang mengurangi produksi dunia sebesar 1 triliun dolar.
Baca Juga:
Usai Serangan Bertubi-tubi Hizbullah, Israel Bombardir Lebanon Selatan
Keterlibatan Iran di pihak Palestina dapat menyebabkan pengurangan produksi minyak Iran dan pengetatan sanksi Barat yang menghambat penjualan minyak Iran.
Bloomberg juga mencatat bahwa gejolak harga minyak sebesar ini akan menghambat upaya global dalam mengendalikan tingkat inflasi.
Di Amerika Serikat, target inflasi Federal Reserve sebesar 2 persen kemungkinan tidak akan tercapai, dan biaya tinggi bensin akan menjadi hambatan bagi kampanye pemilihan kembali Presiden Joe Biden.