Dalam pertemuan tersebut, Erdogan kembali menawarkan diri untuk menengahi krisis antara Ukraina dan Rusia serta mengusulkan Turki menjadi tuan rumah pertemuan para pemimpin kedua negara tersebut.
AS dan negara-negara Eropa khawatir tentang penumpukan lebih dari 100.000 tentara Rusia di dekat perbatasan Ukraina.
Baca Juga:
Bom Truk Koyak Jembatan Krimea, Tiga Orang Tewas
Moskow membantah anggapan Barat bahwa pihaknya merencanakan invasi.
Moskow, sementara itu, menuntut jaminan keamanan dan mengatakan akan mengambil tindakan militer jika tuntutan tidak dipenuhi.
Turki, yang berbagi perbatasan maritim dengan Ukraina dan Rusia di Laut Hitam, mengatakan, konflik militer apa pun tidak dapat diterima dan memperingatkan Moskow bahwa invasi adalah langkah yang tidak bijaksana.
Baca Juga:
Soal Dialog Damai, Zelensky Minta Rusia Ganti Presiden Dulu
Erdogan mengatakan, Turki akan melakukan apa pun yang diperlukan sebagai anggota NATO jika terjadi invasi oleh Rusia, tetapi menentang sanksi terhadap Rusia seperti yang diancamkan oleh negara-negara sekutu lainnya.
Kendati menjalin kerja sama dengan Rusia di bidang pertahanan dan energi, Turki telah menentang kebijakan Moskow di Suriah dan Libya, serta pencaplokan atas Semenanjung Krimea pada 2014.
Turki juga telah menjual drone canggih ke Ukraina dan menandatangani kesepakatan untuk memproduksi lebih banyak di dekat Kiev, langkah yang membuat marah Rusia.