Latar belakang mereka ini sering kali di bidang yang tidak terkait dengan urusan atau politik. Sementara video mereka memadukan cuplikan kehidupan sehari-hari dengan komentar penuh semangat membela Tiongkok.
Bernal mengatakan dia termotivasi oleh ketakutan akan konflik antara China dan Barat yang dipicu oleh apa yang dia sebut kampanye disinformasi terhadap Beijing.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
"Jika ada perang, hidup saya dalam bahaya," katanya.
YouTube tidak dapat diakses di China tanpa perangkat lunak VPN. Namun video subtitle Bernal mendapat sambutan hangat pada platform media sosial China termasuk Bilibili. Sementara media pemerintah sering menerbitkan ulang konten mereka dan menampilkan vlogger secara online.
"Jika memungkinkan, sistem propaganda terikat untuk mengintegrasikan mereka ke dalam upaya propaganda mereka sendiri," menurut Florian Schneider, peneliti politik dan direktur Leiden Asia Centre kepada AFP.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Bernal mengatakan dia dan YouTuber lainnya berbagi kesempatan untuk berkolaborasi dengan media pemerintah. Tapi bersikeras menyebut bila mereka bukan seorang propagandis untuk Partai Komunis China.
Dalam video lain ia menampilkan tur yang disponsori China Radio International yang dikelola pemerintah. Ia turut mewawancarai YouTuber lain tentang kritik terhadap China dan mengeksplorasi proyek pembangunan pedesaan.
Kemudian dalam satu video, ia mengecam protes pro-demokrasi 2019 di Hong Kong sebagai "terorisme" dan menyarankan Amerika Serikat berusaha memprovokasi perang dengan China dengan mendukung gerakan tersebut sembari merujuk teori konspirasi 9/11.