“Kita harus menaruh kepercayaan pada angkatan bersenjata dan pemerintah kita,” tulisnya.
Di sisi lain, pemerintah Thailand menyatakan tindakan militer mereka merupakan respons atas serangan awal dari pasukan Kamboja yang disebut melepaskan tembakan lebih dulu di dekat pos Thailand di sebelah timur kompleks kuil kuno Ta Muen.
Baca Juga:
Ketegangan Memuncak di Perbatasan Thailand–Kamboja: Ratusan Warga Mengungsi, Jet Tempur Dikerahkan
Kuil tersebut terletak di kawasan perbatasan yang telah lama diperebutkan dan dikenal sebagai Segitiga Zamrud, daerah sensitif yang mencakup wilayah Surin (Thailand), Oddar Meanchey (Kamboja), serta beberapa kuil warisan budaya Khmer yang bernilai tinggi.
Kedua belah pihak terus saling tuduh sebagai pemicu baku tembak. Kamboja mengklaim serangan Thailand sebagai tindakan tak beralasan, sementara Thailand menganggap mereka hanya melakukan pertahanan diri untuk menjaga kedaulatan.
Tentara Kamboja dilaporkan menggunakan senjata berat termasuk peluncur roket BM21 dalam balasannya.
Baca Juga:
Ranjau Meledak, Jet Tempur Thailand Balas Serang Kamboja di Wilayah Sengketa
Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai mengatakan, “Situasi ini memerlukan penanganan yang hati-hati, dan kita harus bertindak sesuai dengan hukum internasional. Kami akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kedaulatan kami.”
Dengan arus pengungsi yang meningkat dan langkah-langkah diplomatik yang memburuk, dunia kini menyaksikan bagaimana sengketa perbatasan yang membara selama puluhan tahun bisa berubah menjadi konflik militer terbuka.
Di tengah gelombang nasionalisme dan krisis kepercayaan antarnegara, stabilitas kawasan ASEAN kembali diuji oleh pertikaian dua negara bertetangga yang tak kunjung reda.