Beranjak dari situasi sulit seperti, maka logis apabila mereka mencari pekerjaan terbaik, dan tentara adalah salah satu pilihannya.
Apalagi, pemerintah Israel juga secara serius merekrut tentara dengan menjanjikan beragam kemudahan, dari mulai kesetaraan hingga kesejahteraan.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Kenyataan ini memang kontradiktif dengan garis perjuangan yang dilakukan mayoritas Muslim dan negara Arab untuk mendukung kedaulatan Palestina. Artinya, dengan bergabung menjadi tentara Israel secara tidak langsung mereka juga mematahkan perjuangan Palestina. Atau mereka juga secara tidak langsung menjadi 'mesin pembunuh' penduduk Palestina.
Atas dasar inilah, keputusan menjadi tentara kerap dihujani kritikan dari rekan satu komunitas.
Meski begitu, keputusan menjadi tentara Israel juga tak bisa disalahkan karena bagi mereka inilah jalan terbaik untuk mencapai kesejahteraan. Sebab, selama hidup di Israel mereka kerap mengalami ketidaksetaraan ekonomi yang berujung pada tingginya kemiskinan dan pengangguran.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Riset terbaru oleh Ensherah Khory dan Michal Krumer-Nevo berjudul "Poverty in Arab-Palestinian society in Israel: Social work perspectives before and during COVID-19" (2023) menyebut 45,3% keluarga dan 57,8% anak-anak dari komunitas Arab-Palestina (nama lain Arab-Israel) berada di bawah garis kemiskinan.
Beranjak dari situasi sulit seperti, maka logis apabila mereka mencari pekerjaan terbaik, dan tentara adalah salah satu pilihannya. Apalagi, pemerintah Israel juga secara serius merekrut tentara dengan menjanjikan beragam kemudahan, dari mulai kesetaraan hingga kesejahteraan.[eta/CNBC]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.