Pada tahun 1976, program ini tidak hanya berhasil menurunkan tingkat pertumbuhan penduduk menjadi 2,55 persen, tetapi juga melampaui target penerimaan kontrasepsi sebesar 26 persen.
Keberhasilan program ini bertahan dalam jangka waktu yang lama dengan hampir tiga dari empat wanita menikah saat ini menggunakan kontrasepsi.
Baca Juga:
Perayaan Hut Ke-7, LAPEPA Kabupaten Fakfak Kunjungi Anggota Lansia
Selain itu, jumlah perempuan di Thailand yang memperoleh pendidikan tinggi dan berpartisipasi dalam angkatan kerja lebih tinggi dibandingkan perempuan di negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina, Malaysia, dan Indonesia.
"Hal ini sebenarnya membatasi jumlah anak yang cenderung dimiliki perempuan, dibandingkan dengan mereka yang mungkin menjadi ibu rumah tangga dan hanya tinggal di rumah," kata Kirida Bhaopichitr, Direktur Penelitian Kebijakan Ekonomi dan Pembangunan Internasional di Institut Penelitian Pembangunan Thailand.
Berbeda dengan Jepang dan Korea Selatan, di mana angka kelahiran menurun seiring dengan penurunan angka pernikahan, Thailand memiliki tingkat pernikahan yang stabil selama lebih dari satu dekade.
Baca Juga:
KPU Kota Pekalongan Fasilitasi Pendampingan Pemilih Disabilitas dan Lansia Pilkada 2024
Namun, banyak pasangan di Thailand memilih untuk tidak memiliki anak, baik sementara maupun selamanya.
Dengan kondisi ini, Thailand, sebagai negara dengan ekonomi berkembang, berisiko menjadi negara pertama yang "menjadi tua sebelum menjadi kaya".
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Thailand mengalokasikan hampir 78 miliar baht tahun lalu untuk Tunjangan Hidup Hari Tua.