Menanggapi perkembangan ini, analis militer independen Dr. Amos Har-El mengatakan bahwa serangan rudal hipersonik dari Yaman menandai babak baru dalam konflik regional.
"Kita menghadapi kenyataan di mana Israel harus mempertimbangkan ulang strategi pertahanannya. Jika rudal hipersonik bisa menembus sistem Iron Dome maupun David’s Sling, maka ancaman terhadap infrastruktur strategis menjadi sangat nyata," ujarnya kepada Channel 13 Israel.
Baca Juga:
Brigade Golani Israel Jadi Sorotan setelah Serangan Hamas, Delapan Personel Tewas
Eskalasi ini terjadi di tengah kampanye pengeboman yang dilancarkan oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat terhadap berbagai wilayah di Yaman.
Menurut laporan Kementerian Kehakiman di Sanaa, lebih dari 1.300 warga sipil tewas atau mengalami luka-luka dalam beberapa pekan terakhir akibat serangan udara tersebut. Di antara korban terdapat banyak wanita dan anak-anak.
Pemerintah Yaman menuduh Amerika Serikat melakukan kejahatan perang, terutama setelah terungkap bahwa serangan terhadap pusat penahanan migran di Saada melibatkan penggunaan bom penghancur bunker GBU-39, senjata kontroversial yang telah dilarang secara internasional karena daya rusaknya yang luar biasa.
Baca Juga:
Yudo Margono: TNI Kerahkan Personel dan Alutsista Dukung Kelancaran Pemilu 2024
Dalam perkembangan lain, pemerintah Yaman turut mengecam keikutsertaan militer Inggris dalam konflik tersebut.
Dalam sebuah pernyataan resmi pada Selasa lalu, pemerintah Yaman memperingatkan London mengenai “konsekuensi berat” dari partisipasinya dalam aliansi yang mereka sebut sebagai “trio kejahatan” bersama AS dan Israel.
Yaman bersumpah akan melawan agresi tersebut "dengan segala kekuatan yang dimiliki."