Sementara itu, Washington berupaya membatasi penyebaran informasi terkait operasi militernya di Yaman, dengan dalih alasan “keamanan operasional.”
Sejak pertengahan Maret 2025, Komando Pusat AS telah melancarkan lebih dari 800 serangan ke berbagai wilayah di Yaman, banyak di antaranya menyasar infrastruktur sipil.
Baca Juga:
Akibat Serangan Israel di Jalur Gaza Tengah Sejumlah Jurnalis Terluka
Meski mengakui bahwa serangan-serangan itu “memiliki dampak fatal,” pemerintah AS sejauh ini belum memublikasikan informasi mengenai korban sipil yang jatuh akibat operasi tersebut.
Al-Houthi: Serangan AS Upaya Pecah Belah Dunia Islam
Dalam pidato peringatan “Sarkha” (Tangisan) yang disampaikan pada hari Kamis, pemimpin gerakan Ansarallah, Sayyed Abdul Malik al-Houthi, memberikan pujian kepada para pejuang perlawanan di Gaza atas ketahanan dan taktik kejutan mereka.
Baca Juga:
Brigade Golani Israel Jadi Sorotan setelah Serangan Hamas, Delapan Personel Tewas
Ia juga memberikan apresiasi kepada kelompok Perlawanan Lebanon atas kontribusinya dalam menghambat gerak maju militer Israel.
Al-Houthi menyebut bahwa agresi Amerika Serikat terhadap Yaman merupakan bagian dari strategi besar untuk menghancurkan kesatuan dunia Islam, sejalan dengan agenda Zionis.
Ia menggambarkan operasi militer yang dipimpin oleh AS dan Israel sebagai bagian dari serangan sistematis dan menyeluruh yang bertujuan menguasai kawasan serta memecah belah kekuatan-kekuatan regional yang mendukung perlawanan.