WahanaNews.co | Setidaknya 50 orang dikabarkan meninggal dalam isiden serangan roket di stasiun kereta api di kota Kramatorsk, Ukraina timur, Jumat (8/4/22).
Serangan itu terjadi saat warga sipil berusaha untuk melarikan diri dari wilayah Donbas yang mengkin akan menjadi target penyerangan Rusia. Seperti dilaporkan AFP.
Baca Juga:
China Ancam Serbu Taiwan, Dampaknya Bisa Lebih Dahsyat dari Perang di Ukraina
Gubernur regional Donetsk, Pavlo Kyrylenko mengatkan, sebanyak 50 orang tewas, termasuk 5 anak-anak, pada salah satu serangan paling mematikan dalam perang enam minggu itu.
“Lima puluh orang tewas, termasuk lima anak-anak,” kata Pavlo Kyrylenko.
Presiden Volodymyr Zelensky melaporkan 300 orang terluka, dan mengatakan serangan itu menunjukkan "kejahatan tanpa batas".
Baca Juga:
Nuklir Hipersonik Baru Korea Utara 5 Kali Kecepatan Suara, Bisa Hantam Pangkalan AS Dalam Hitungan Menit
Dia dan para pemimpin lainnya menuduh militer Rusia sengaja menyerang stasiun di wilayah Donbas yang diperebutkan Ukraina.
Menurut Zelensky, Rusia, pada gilirannya, menyalahkan Ukraina, dengan mengatakan pasukannya tidak menggunakan jenis rudal yang menghantam stasiun tersebut satu pendapat yang dibantah oleh para ahli militer.
“Tanpa kekuatan atau keberanian untuk melawan kami di medan perang, (pasukan Rusia) secara sinis menghancurkan penduduk sipil. Ini adalah kejahatan tanpa batas. Dan jika tidak dihukum, maka itu tidak akan pernah berhenti,” kecam Zelenskyy di media sosial.
Wartawan AFP melihat mayat setidaknya 30 orang dikelompokkan dan tergeletak di bawah lembaran plastik di sebelah stasiun, sebelum dimuat ke truk militer.
Darah menggenang di tanah dan tas-tas yang dikemas berserakan di luar gedung tempat sisa-sisa roket besar tergeletak dengan kata-kata "untuk anak-anak kita" dalam bahasa Rusia.
"Saya mencari suami saya. Dia ada di sini. Saya tidak dapat menghubunginya," kata seorang wanita kepada AFP, terisak dan mendekatkan teleponnya ke telinganya.
Wanita lain dalam keadaan syok berkata: “Saya berada di stasiun. Saya mendengar seperti ledakan ganda. Saya bergegas ke dinding untuk berlindung. Lalu saya melihat orang-orang berlumuran darah memasuki stasiun dan mayat di mana-mana di tanah.”
Bagian-bagian tubuh, pecahan kaca dan barang bawaan tergeletak berserakan di sekitar stasiun dan di peron.
Kementerian pertahanan Rusia menyatakan bahwa dugaan bahwa Rusia yang melakukan serangan itu "sama sekali tidak benar".
Pemboman itu terjadi saat Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell berada di Kyiv untuk menunjukkan solidaritas dengan Ukraina.
Lebih dari sebulan setelah invasi Rusia ke Ukraina, Moskwa telah mengalihkan fokusnya ke Ukraina timur dan selatan setelah perlawanan keras menggagalkan rencana untuk merebut ibu kota Kyiv dengan cepat.
Sebaliknya, pasukan Rusia tampaknya akan menciptakan hubungan darat yang telah lama dicari antara Krimea yang diduduki dan negara bagian separatis Donetsk dan Lugansk yang didukung Moskwa di Donbas.
Penembakan berat telah mulai menghancurkan kota-kota di wilayah tersebut, dan para pejabat telah memohon warga sipil untuk melarikan diri, sementara intensitas pertempuran menghambat evakuasi.[jef]