Wartawan AFP melihat mayat setidaknya 30 orang dikelompokkan dan tergeletak di bawah lembaran plastik di sebelah stasiun, sebelum dimuat ke truk militer.
Darah menggenang di tanah dan tas-tas yang dikemas berserakan di luar gedung tempat sisa-sisa roket besar tergeletak dengan kata-kata "untuk anak-anak kita" dalam bahasa Rusia.
Baca Juga:
China Ancam Serbu Taiwan, Dampaknya Bisa Lebih Dahsyat dari Perang di Ukraina
"Saya mencari suami saya. Dia ada di sini. Saya tidak dapat menghubunginya," kata seorang wanita kepada AFP, terisak dan mendekatkan teleponnya ke telinganya.
Wanita lain dalam keadaan syok berkata: “Saya berada di stasiun. Saya mendengar seperti ledakan ganda. Saya bergegas ke dinding untuk berlindung. Lalu saya melihat orang-orang berlumuran darah memasuki stasiun dan mayat di mana-mana di tanah.”
Bagian-bagian tubuh, pecahan kaca dan barang bawaan tergeletak berserakan di sekitar stasiun dan di peron.
Baca Juga:
Nuklir Hipersonik Baru Korea Utara 5 Kali Kecepatan Suara, Bisa Hantam Pangkalan AS Dalam Hitungan Menit
Kementerian pertahanan Rusia menyatakan bahwa dugaan bahwa Rusia yang melakukan serangan itu "sama sekali tidak benar".
Pemboman itu terjadi saat Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell berada di Kyiv untuk menunjukkan solidaritas dengan Ukraina.
Lebih dari sebulan setelah invasi Rusia ke Ukraina, Moskwa telah mengalihkan fokusnya ke Ukraina timur dan selatan setelah perlawanan keras menggagalkan rencana untuk merebut ibu kota Kyiv dengan cepat.