WahanaNews.co | Presiden Volodymyr Zelenskiy telah menandatangani dekrit tentang penambahan 100.000 tentara Ukraina selama tiga tahun.
Ia juga berjanji menaikkan gaji tentara.
Baca Juga:
Bom Truk Koyak Jembatan Krimea, Tiga Orang Tewas
Angkatan bersenjata Ukraina kalah jumlah dan persenjataan oleh Rusia.
Namun para ahli militer menyatakan perlawanan Ukraina bakal signifikan jika Rusia benar-benar melakukan invasi.
Akan banyak korban jiwa jika perang pecah di sana.
Baca Juga:
Soal Dialog Damai, Zelensky Minta Rusia Ganti Presiden Dulu
Menurut para ahli, tentara Ukraina lebih terlatih dan diperlengkapi dibandingkan 2014, saat Rusia merebut semenanjung Krimea dari Ukraina tanpa perlawanan.
Kini keadaannya berbeda.
Ukraina akan mempertahankan jantung negara itu habis-habisan.
Dibandingkan dengan Rusia, jumlah pasukan Ukraina kalah jauh.
Rusia menempatkan sekitar 100.000 di dekat perbatasan Ukraina meskipun Moskow mengatakan tidak merencanakan invasi.
Rusia juga telah memindahkan beberapa pasukan ke Belarus, utara Ukraina, untuk latihan militer.
Tentara Rusia memiliki sekitar 280.000 personel dan total angkatan bersenjata gabungannya sekitar 900.000, sementara 2.840 tank tempurnya tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan Ukraina, menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London.
Perdana Menteri Ukraina mengatakan, dekrit yang ditandatangani oleh Presiden Zelenskiy akan meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk bergabung di militer.
Hal ini akan menambah jumlah anggota tentara menjadi 361.000 personel.
Sementara Ukraina melipatgandakan anggaran pertahanan secara riil.
Total pengeluaran pertahanan pada 2020 hanya berjumlah US$ 4,3 miliar, atau sepersepuluh dari Rusia.
Di luar tentara reguler, Ukraina memiliki unit pertahanan teritorial sukarela dan sekitar 900.000 tentara cadangan.
Kebanyakan adalah pria dewasa memiliki setidaknya pelatihan militer dasar.
Jika mencoba menyerang Ukraina, Rusia bakal mendapat perlawanan sengit.
Tantangan militer akan jauh lebih tinggi daripada perang sebelumnya yang telah dilakukan Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet, termasuk di Chechnya yang memisahkan diri pada 1990-an dan melawan Georgia pada 2008. [dhn]