Meski begitu, keputusan ini menuai kritik tajam dari kalangan oposisi. Mariusz Błaszczak, mantan Menteri Pertahanan Polandia, mengecam langkah itu sebagai “aib nasional.”
Dalam pernyataannya di X, ia menegaskan bahwa pembatalan ini berpotensi memicu kehilangan lapangan kerja, penundaan modernisasi armada helikopter, dan mengancam interoperabilitas militer karena beberapa unit Black Hawk sudah dioperasikan Polandia.
Baca Juga:
Tak Disangka, Penguin Lucu Ini Jadi Penyebab Kecelakaan Udara
Diketahui, rencana pembelian S-70i Black Hawk, versi Polandia dari UH-60 buatan Lockheed Martin, sudah dimulai sejak 2023 di bawah pemerintahan sebelumnya.
Rencananya helikopter tersebut akan digunakan dalam operasi tempur, logistik, dan mendukung armada helikopter serang Apache Guardian AH-64E yang dipesan dari Amerika Serikat.
Namun Bejda menegaskan bahwa belum ada kontrak resmi yang diteken, sehingga langkah ini bukan pembatalan kontrak, melainkan pembatalan rencana.
Baca Juga:
Dansatgas Operasi Bantuan Filipina: Keamanan Dan Keselamatan Adalah Utama
Sementara itu, pengalaman di Ukraina menunjukkan peran helikopter sangat kontras, efektif di satu sisi, namun amat rentan di sisi lain.
Dalam ulasan yang dikutip Business Insider, disebutkan bahwa helikopter sangat berguna di awal invasi Rusia pada Februari 2022 maupun saat serangan balik Ukraina di 2023.
Namun, peran itu menurun drastis karena meningkatnya ancaman sistem pertahanan udara canggih.