“Berkembangnya pertahanan udara berarti kalau mereka, seperti pesawat lainnya, harus menjauh dari pertempuran garis depan lebih lama daripada konflik-konflik sebelumnya, yang membuat mereka jauh kurang berguna,” tulis laporan tersebut.
Ukraina berhasil menjatuhkan banyak helikopter tempur Rusia, termasuk Ka-52, dan melancarkan serangan ke pangkalan udara jauh dari garis depan.
Baca Juga:
Dansatgas Operasi Bantuan Filipina: Keamanan Dan Keselamatan Adalah Utama
Sistem HIMARS buatan AS juga menjadi momok bagi armada udara Rusia.
Laporan menyebut lebih dari 100 helikopter Rusia hancur selama dua tahun pertama perang, meski angka sebenarnya bisa lebih besar.
Mark Hertling, mantan Komandan Angkatan Darat AS di Eropa, menyebut bahwa Rusia "sangat buruk" dalam mengoperasikan helikopter dan aset udara lainnya.
Baca Juga:
Demi Rafathar, Raffi Ahmad Terbang Pakai Helikopter untuk Hadiri Acara Sekolah
Namun ia juga mengakui bahwa kelemahan sistem pertahanan udara Ukraina membuat helikopter Rusia masih bertahan di beberapa lini.
Andrew Curtis, mantan perwira Angkatan Udara Kerajaan Inggris, menambahkan bahwa “kerentanan helikopter di medan perang modern bukan lagi soal taktik biasa, ini soal hidup dan mati.”
Langkah Polandia ini memperkuat tren baru di kalangan negara Barat, yang kini lebih memprioritaskan pertahanan udara, drone, kendaraan tempur lapis baja, dan bahkan kembali menghidupkan pelatihan gaya lama seperti perang parit.