WahanaNews.co | Pemerintah Afghanistan di bawah Taliban, kini berhadapan dengan ancaman ekonomi yang sulit dielakkan: ambruknya sistem perbankan.
Hampir 2 pekan ini bank-bank di Afghanistan tetap tutup sehingga masyarakat tidak memiliki akses ke uang tunai sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
"Tidak ada yang punya uang," kata seorang pegawai bank sentral Afghanistan, Jumat (27/8).
Karyawan yang mau dikutip anonim tersebut mengatakan banyak keluarga tidak memiliki cukup uang untuk pengeluaran harian mereka, sedangkan pembayaran gaji telah dihentikan.
Semua ini menimbulkan momok krisis ekonomi dan krisis kemanusiaan yang parah di Afghanistan, hanya dua minggu setelah Taliban mengambilalih kekuasaan negara.
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
Tantangan utama yang sedang menghantui adalah ketergantungan Afghanistan terhadap negara luar dan bantuan internasional. Sementara, sebagian besar akses luar telah diblokir sejak jatuhnya Kabul.
Menurut Bank Dunia, 75 persen pengeluaran untuk publik Afghanistan selama ini berasal dari hibah.
Kendati Taliban memerintahkan bank dan layanan lain untuk kembali dibuka, hingga kini bank masih tutup karena hampir kehabisan uang, kata seorang sumber bank sentral.
"Begitu Anda membuka bank, itu akan mengekspos betapa rapuhnya sistem ini," ujar seseorang yang akrab dengan situasi ekonomi Afghanistan.
Kamar Dagang Afghanistan-Amerika memperingatkan potensi kehancuran industri perbankan Afghanistan. Bank sentral Afghanistan, sebagai landasan sistem keuangan, tampaknya tengah berada dalam kekacauan internal.
"Afghanistan dan sektor perbankannya berada pada "krisis eksistensial" dengan keruntuhan sektor perbankan sudah dekat," bunyi memo tertanggal 23 Agustus yang dikirim oleh Kamar Dagang Afghanistan-Amerika.
Memo itu ditulis kelompok kerja perbankan dan keuangan yang terdiri dari bank-bank komersial utama Afghanistan, pelanggan, dan investor.
Memo itu menyebut para kepala bank sentral Afghanistan menolak berbagai bentuk komunikasi dengan industri perbankan. Permintaan akses ke uang tunai juga tidak diberikan.
Oleh karena itu, grup perbankan Afghanistan disebut memutuskan menutup semua bank pada 15 Agustus dan belum dibuka lagi karena kekhawatiran penarikan jumlah besar dari nasabah. [dhn]