WahanaNews.co | Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan bahwa kelakuan negara-negara Barat saat ini hanya memperburuk keadaan dalam krisis Ukraina.
Dia membuat pernyataan itu pada hari Jumat setelah kembali dari kunjungan ke Kiev.
Baca Juga:
Erdogan Resmi Dilantik untuk ke-3 Kalinya Jadi Presiden Turki
“Sayangnya, Barat hingga saat ini belum memberikan kontribusi apa pun untuk menyelesaikan masalah ini. Saya dapat mengatakan mereka hanya memperburuk keadaan,” kata Erdogan, seperti dikutip dari Daily Sabah, Sabtu (5/2/2022).
Erdogan menambahkan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden belum dapat menunjukkan pendekatan positif untuk proses ini sampai sekarang.
Pemimpin Turki itu mengatakan dia ingin Ankara diberi peran sebagai mediator dalam ketegangan saat ini antara Rusia dan Barat.
Baca Juga:
Hari Ini Erdogan Akan Dilantik Jadi Presiden Turki
Bulan lalu, Erdogan mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Ukraina, Volodymyr Zelensky untuk bertemu di Turki.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengonfirmasi kepada media Rusia pada hari Jumat bahwa kunjungan Putin ke Turki sedang dikerjakan.
“Kami berharap itu akan terjadi sesegera mungkin,” kata Peskov.
Peskov tidak mengesampingkan pertemuan Putin-Zelensky di masa depan, tetapi mengatakan "sangat sulit" untuk membahas masalah tersebut saat ini.
Erdogan, bagaimanapun, optimistis untuk menyatukan Putin dan Zelensky.
“Sekarang kami akan menetapkan tanggalnya. Kemudian, mudah-mudahan, kami ingin mengadakan pertemuan ini untuk mempertemukan Putin dan Zelensky di tingkat yang tinggi. Kesepakatan kami dengan Zelensky adalah ke arah ini," katanya pada hari Jumat.
Rusia telah berulang kali membantah klaim oleh anggota NATO bahwa mereka sedang bersiap untuk menyerang Ukraina.
AS dan Uni Eropa, bagaimanapun, mengancam akan menjatuhkan sanksi baru pada Rusia jika menyerang tetangganya.
Moskow ingin blok NATO yang dipimpin AS memberikan jaminan yang mengikat secara hukum bahwa mereka tidak akan ekspansi lebih dekat ke perbatasan Rusia.
NATO menolak permintaan Rusia untuk secara resmi meninggalkan "kebijakan pintu terbuka" untuk menerima anggota baru, tetapi, bersama dengan AS, menawarkan langkah-langkah lain untuk mengurangi ketegangan di Eropa Timur. [qnt]