WahanaNews.co | Aktivitas
produktif manusia terkadang berdampak pada perubahan iklim. Hal itu diungkapkan
dalam laporan ilmiah utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga:
RI-AS Kecam Kekerasan Terhadap Warga Sipil yang Berlanjut di Myanmar
Studi penting itu memperingatkan gelombang panas yang
semakin ekstrem, kekeringan dan banjir, serta batas suhu utama yang dilanggar
hanya dalam satu dekade.
"Laporan itu adalah
kode merah untuk kemanusiaan," ungkap Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB
Antonio Guterres.
Tetapi para ilmuwan mengatakan bencana dapat dihindari jika
dunia bertindak cepat. Ada harapan bahwa pengurangan emisi gas rumah kaca dapat
menstabilkan kenaikan suhu.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Menggemakan temuan para ilmuwan, Sekretaris Jenderal PBB
Antonio Guterres mengatakan, "Jika kita menggabungkan kekuatan sekarang,
kita dapat mencegah bencana iklim."
"Tetapi, seperti yang dijelaskan oleh laporan hari ini,
tidak ada waktu untuk penundaan dan tidak ada ruang untuk alasan. Saya
mengandalkan para pemimpin pemerintahan dan semua pemangku kepentingan untuk
memastikan COP26 sukses," papar dia.
Penilaian yang jujur tentang masa depan planet kita telah
disampaikan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) PBB. IPCC
terdiri atas sekelompok ilmuwan yang temuannya didukung berbagai pemerintah di
dunia.
Laporan mereka adalah tinjauan besar pertama dari ilmu
perubahan iklim sejak 2013. Rilisnya datang kurang dari tiga bulan sebelum
konferensi tingkat tinggi (KTT) iklim utama di Glasgow yang dikenal sebagai
COP26.
Dengan nada yang kuat dan percaya diri, dokumen IPCC
mengatakan, "Tidak diragukan lagi bahwa pengaruh manusia telah
menghangatkan atmosfer, lautan, dan daratan."
Menurut Prof Ed Hawkins dari University of Reading, Inggris,
dan salah satu penulis laporan tersebut, para ilmuwan tidak bisa lebih jelas
lagi mengenai hal ini.
"Ini adalah pernyataan fakta, kita tidak bisa lebih
yakin. Itu tegas dan tak terbantahkan bahwa manusia sedang menghangatkan planet
ini," ujar dia.
Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi
Dunia, menjelaskan, "Dengan menggunakan istilah olahraga, bisa dikatakan
atmosfer telah terpapar doping, yang berarti kita telah mulai mengamati ekstremlebih
sering daripada sebelumnya."
Para penulis laporan mengatakan sejak 1970, suhu permukaan
global telah meningkat lebih cepat daripada periode 50 tahun lainnya selama
2.000 tahun terakhir.
"Pemanasan ini sudah mempengaruhi banyak cuaca dan iklim
ekstrem di setiap wilayah di seluruh dunia," papar laporan itu.
Entah itu gelombang panas seperti yang baru-baru ini dialami
di Yunani dan Amerika Utara bagian barat, atau banjir seperti yang terjadi di
Jerman dan China. "Atribusi mereka terhadap pengaruh manusia telah menguat
selama dekade terakhir," ungkap laporan itu.
Laporan baru ini juga memperjelas bahwa pemanasan yang kita
alami hingga saat ini telah membuat banyak perubahan pada sistem pendukung
planet kita yang tidak dapat diubah dalam rentang waktu berabad-abad hingga
ribuan tahun.
Lautan akan terus menghangat dan menjadi lebih asam. Gletser
gunung dan kutub akan terus mencair selama beberapa dekade atau abad.
"Konsekuensinya akan terus bertambah buruk untuk setiap
pemanasan," ujar Prof Hawkins.
"Dan untuk banyak dari konsekuensi ini, tidak ada jalan
untuk kembali," papar dia.
Ketika sampai pada kenaikan permukaan laut, para ilmuwan
telah memodelkan kisaran kemungkinan tingkat emisi yang berbeda.
Namun, kenaikan sekitar 2 meter pada akhir abad ini tidak
dapat dikesampingkan dan bahkan proyeksi kenaikan 5 meter sulit dihindari pada
2150.
Hasil seperti itu, meskipun tidak mungkin, akan mengancam
jutaan orang lagi di wilayah pesisir dengan banjir pada 2100.
Salah satu aspek kunci dari laporan tersebut adalah
perkiraan tingkat kenaikan suhu dan apa artinya bagi keselamatan umat manusia.
Hampir setiap negara di Bumi menandatangani tujuan
perjanjian iklim Paris pada 2015. [dhn]