Kekhawatiran lainnya adalah
aksesibilitas uang digital, menurut Pew
Research Center, 7% orang Amerika mengatakan mereka tidak menggunakan
internet.
Mulai dari orang tua hingga penyandang
disabilitas banyak yang mengaku tidak pernah dan tidak mengerti internet.
Baca Juga:
Per Agustus 2022, Transaksi Yuan Digital Tembus 100 Miliar
Itu adalah bagian dari apa yang sedang
diteliti MIT.
"Sebagian besar pekerjaan yang
kami lakukan mengasumsikan bahwa CBDC akan hidup berdampingan dengan uang tunai
fisik dan pengguna masih dapat menggunakan uang tunai fisik jika mereka
mau," kata Narula.
Beberapa pihak di AS pun menilai, kemunculan yuan digital sebagai
sesuatu ancaman yang berbahaya.
Baca Juga:
China: Wahai AS, Jangan Campuri Hak Kami soal Perang Rusia-Ukraina!
Bahkan, secara sinis, mereka menilai China akan
mengeskpor sikap otoriternya tentang teknologi digital ini di berbagai belahan negara
berkembang, termasuk Indonesia.
"Yuan digital adalah ancaman
terbesar bagi Barat yang kami hadapi dalam 30-40 tahun
terakhir. Ini memungkinkan China untuk mendapatkan cakar mereka ke semua orang
di Barat dan memungkinkan mereka untuk mengekspor otoritarianisme digital
mereka," kata Kyle Bass dari Hayman
Capital Management. [dhn]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.