WahanaNews.co, Jakarta - Ratusan unit sistem udara tanpa awak (drone) dan rudal yang diluncurkan oleh Iran menuju Israel ternyata memiliki jarak tempuh yang sangat jauh, melintasi dua negara.
Serangan tersebut merupakan tanggapan terhadap serangan Israel terhadap kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada Senin (1/4/2024).
Baca Juga:
Sarang Narkoba Kampung Bahari Digerebek Polisi, 31 Orang Ditangkap
Drone dan rudal-rudal yang diluncurkan oleh Iran disebut memiliki kemampuan bertahan selama 5 jam di udara.
Menurut laporan Aljazeera pada Minggu (14/4/2024), Israel menyatakan bahwa Iran telah meluncurkan lebih dari 300 drone, rudal balistik, dan rudal jelajah.
Namun, 99 persen dari jumlah tersebut berhasil dicegat berkat bantuan dari Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
Baca Juga:
Pantau Pergerakan Polisi, Bandar Narkoba di Kampung Bahari Pakai CCTV hingga Drone
Sementara itu, Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) mengungkapkan bahwa Iran telah meluncurkan lebih dari 110 rudal balistik jarak menengah, lebih dari 30 rudal jelajah serangan darat, dan lebih dari 150 pesawat nirawak (UAV).
Namun, CENTCOM, yang didukung oleh kapal perusak angkatan laut Amerika Serikat, USS Carney, dan USS Arleigh Burke, mengklaim telah berhasil menghentikan lebih dari 80 UAV dan setidaknya enam UAV balistik.
Termasuk dalam jumlah tersebut adalah rudal balistik yang diluncurkan dari kendaraan pelontar serta tujuh UAV yang dihancurkan oleh kelompok bersenjata di wilayah Yaman, Houthi.
Menurut laporan Iran International, drone yang diluncurkan oleh Iran memiliki kemampuan untuk menempuh perjalanan hingga 1.200 kilometer menuju Israel, melewati Yordania dan Irak.
Drone Shahed-136, yang memiliki kecepatan maksimum 185 kilometer per jam, memerlukan waktu berjam-jam untuk menempuh jarak ribuan kilometer.
Dikutip dari informasi yang diperoleh dari laman Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta, drone Shahed-136 adalah sebuah UAV jarak jauh yang dilaporkan memiliki jangkauan hingga 2 ribu km dan dapat bertahan hingga 24 jam.
Fitur-fitur ini menjadikannya cocok untuk misi pengintaian, pengawasan, dan penyerangan.
Drone Shahed-136 juga dilengkapi dengan berbagai sensor dan kamera, termasuk kamera inframerah dan elektro-optik resolusi tinggi, yang memungkinkannya untuk mengumpulkan data intelijen yang terperinci dari target potensial.
Salah satu fitur yang paling penting dari UAV ini adalah kemampuannya untuk membawa dan meluncurkan rudal berpemandu.
Melansir Tempo, drone Shahed-136 bisa dengan cepat beralih dari mengamati target menjadi menyerang dengan rudal.
Drone itu dapat membawa hingga delapan rudal Sadid-1 yang dilaporkan mampu mencapai sasaran sejauh 100 kilometer dengan tingkat akurasi tinggi.
Drone Shahed-136 juga mempunyai kemampuan komunikasi tingkat lanjut, termasuk tautan data terenkripsi yang memungkinkannya berkomunikasi dengan operator darat dan UAV lain di wilayah yang sama.
Hal itu yang menjadi penyebab salah satu jenis UAV disebut sebagai drone bunuh diri atau kamikaze.
Meskipun identik dengan militer Iran, ada sejumlah laporan yang menyebut drone Shahed-136 juga digunakan dalam konflik Rusia-Ukraina.
Menurut pejabat militer Ukraina, drone buatan Iran itu diduga dimanfaatkan oleh separatis pro-Rusia untuk misi pengintaian.
Peringatan awal
Sebelum melancarkan serangan ke Israel, para pejabat di Turkiye, Yordania, dan Irak pada Minggu (14/4/2024), mengatakan kepada Reuters, Iran telah menyebar pemberitahuan beberapa hari sebelum kejadian.
Namun, para pejabat Amerika Serikat menyebut Teheran tidak memperingatkan Washington.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengklaim pihaknya telah memberikan pemberitahuan kepada negara-negara tetangga dan sekutu Israel, Amerika Serikat, 72 jam sebelum serangan.
Hal itu dibenarkan Kementerian Luar Negeri Turkiye yang menyebut pihaknya telah berbicara dengan Teheran dan Washington sebelum serangan itu.
“Iran mengatakan reaksi ini merupakan respon terhadap serangan Israel ke kedutaan besar di Damaskus dan tidak akan lebih dari itu. Kami menyadari kemungkinan yang akan muncul. Perkembangan ini tidak mengejutkan,” kata sumber diplomatik Turkiye.
Mengikuti hal tersebut, seorang pejabat senior Yordania menyatakan bahwa Iran telah mengundang utusan Arab di Teheran pada Rabu (10/4/2024), untuk memberitahu mereka tentang niat mereka untuk melakukan serangan, meskipun tanpa menyebutkan waktu secara spesifik.
Dua sumber di Irak, termasuk seorang pejabat keamanan dan penasihat keamanan pemerintah, juga mengungkapkan bahwa Iran telah menggunakan saluran diplomatik untuk memberitahu tentang rencana serangan ke Israel, minimal tiga hari sebelum hari pelaksanaannya.
Namun, waktu pasti pelaksanaannya tidak dijelaskan pada saat itu, melainkan diberitahu kepada otoritas keamanan dan militer beberapa jam sebelum rudal dan drone Iran diluncurkan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]