WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik global dan kekhawatiran akan potensi konflik besar di Eropa, Inggris mengambil langkah strategis besar yang bisa mengguncang tatanan militer kawasan.
Pemerintah Inggris dilaporkan tengah menyusun rencana ambisius untuk membeli jet tempur mutakhir dari Amerika Serikat yang memiliki kemampuan membawa senjata nuklir taktis, khususnya bom jenis jatuh bebas.
Baca Juga:
Inggris Tangkap Delapan Tersangka Terorisme dalam Dua Operasi Terpisah
Langkah ini dinilai sebagai ekspansi pertahanan terbesar Inggris sejak berakhirnya Perang Dingin.
Menurut laporan eksklusif The Times, rencana ini bukan sekadar wacana, melainkan bagian dari agenda pertahanan strategis yang didukung langsung oleh Perdana Menteri Keir Starmer.
Menteri Pertahanan Inggris John Healey bersama Kepala Staf Umum, Laksamana Sir Tony Radakin, tengah menggodok rencana akuisisi jet tempur siluman buatan AS.
Baca Juga:
Profil Linda Pizzuti, Wanita Cantik di Balik Kesuksesan Liverpool
Jet tersebut dikabarkan mampu membawa bom nuklir taktis berdaya ledak rendah, sebuah tipe senjata yang dirancang untuk penggunaan terbatas namun tetap mematikan di medan perang.
“Ini adalah sinyal bahwa Inggris bersiap menghadapi ancaman nyata, bukan sekadar berjaga-jaga,” ujar Dr. Marcus Ellwood, pakar pertahanan dari London Defence Institute.
Ia menambahkan bahwa kemampuan membawa bom jatuh bebas nuklir memberi fleksibilitas sekaligus daya gentar strategis yang luar biasa.
Disebutkan bahwa Inggris tengah membidik jet tempur siluman F-35A Lightning II buatan Lockheed Martin, varian yang memang dirancang untuk kompatibilitas dengan persenjataan nuklir taktis Amerika Serikat.
Selain itu, opsi pesawat tempur generasi mendatang juga sedang dievaluasi.
Diskusi strategis antara London dan Pentagon disebut telah berlangsung selama beberapa waktu. Hal ini memperkuat dugaan bahwa Inggris ingin menyelaraskan kekuatan militernya dengan standar NATO dan kesiapan kolektif sekutu Barat menghadapi kemungkinan konfrontasi global.
Sebelumnya, Menhan John Healey telah menyatakan komitmen pemerintah Inggris untuk mengalokasikan 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk sektor pertahanan hingga tahun 2034. Anggaran besar ini membuka jalan bagi modernisasi militer skala besar.
Namun, dinamika pengadaan jet tempur generasi baru tak semudah membalikkan telapak tangan.
Majalah Newsweek pada 6 Mei lalu melaporkan bahwa negara-negara sekutu AS di Eropa kemungkinan tidak akan memperoleh pengganti F-35 dalam waktu dekat.
Jet generasi selanjutnya diperkirakan baru siap tersedia dalam lebih dari satu dekade mendatang.
Seorang pejabat dari Eropa Tengah yang enggan disebutkan namanya mengatakan, “Skenario ini tak terhindarkan. Meskipun kami ingin mempercepat pembangunan kekuatan udara, kami tetap bergantung pada teknologi AS untuk jangka panjang.”
Langkah Inggris ini menandai pergeseran strategis penting dalam lanskap keamanan Eropa. Alih-alih menunggu, Inggris tampaknya memilih untuk melaju lebih dulu, dan dengan kekuatan nuklir taktis di sayapnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]