WahanaNews.co, Beirut - Lebanon mengecam keras tindakan Israel setelah menyerang daerah perumahan di Kota Mays Al Jabal, Lebanon, yang mengakibatkan kematian seorang tentara dan melukai dua lainnya pada serangan dekat perbatasan pada Senin (4/12/2023).
Meskipun Israel meminta maaf atas insiden tersebut, Lebanon menilai permintaan maaf tersebut tidak mencukupi dan tetap mengajukan keluhan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga:
Serangan Udara Israel Hancurkan Gedung Kampus Universitas Lebanon di Beirut
Kota Mays Al Jabal mengalami perubahan drastis menjadi medan pertempuran selama empat jam pada malam hari akibat serangan rudal Israel.
Dampak yang dahsyat terasa hingga ke Rumah Sakit Mays Al Jabal, yang berada dekat dengan wilayah yang diserang oleh Lebanon.
Pasukan Israel diduga menggunakan artileri dan bom fosfor putih, yang dianggap sebagai bahan terlarang dalam hukum internasional.
Baca Juga:
Roket Lebanon Hantam Israel, Harapan Damai Kian Meredup
Meskipun Israel membela serangannya sebagai respons terhadap serangan yang dilakukan oleh kelompok Hizbullah di Lebanon ke wilayah Israel, Lebanon tetap mengajukan protes atas tindakan tersebut.
Hizbullah pun kembali melakukan serangan roket sebanyak 14 kali atas serangan udara Israel yang menewaskan satu tentara Lebanon di pusat militer Al Disa.
Kementerian Luar Negeri Prancis sampai buka suara pada Rabu (6/12/2023) atas serangan Israel yang menewaskan satu tentara Lebanon dan melukai dua lainnya.
Kemlu Prancis menekankan "keharusan semua pihak untuk menahan diri secara maksimal demi mencegah pecahnya konflik kawasan."
"Kami menginstruksikan delegasi Lebanon ke PBB untuk komplain ke Dewan Keamanan terkait serangan Israel yang menyasar militer Lebanon dan menyebabkan gugurnya satu tentara dan melukai dua lainnya," terang Pelaksana tugas Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Bou Said.
"Israel secara aktif melanggar kedaulatan Lebanon dan menyerangnya di darat, laut, dan udara yang menahan diri untuk tidak menerapkan resolusi internasional, terutama Resolusi 425," demikian pernyataan lanjutan Bou Said.
Pasukan Penjaga Perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon ikut angkat suara terkait serangan yang dilakukan oleh Israel, yang menyebabkan satu tentara Beirut tewas.
UNIFIL menyoroti bahwa peningkatan tajam dalam kekerasan di perbatasan Lebanon-Israel dapat memiliki konsekuensi serius bagi kedua belah pihak di sepanjang Garis Biru Perbatasan.
UNIFIL juga mencatat bahwa ini merupakan kali pertama seorang tentara Lebanon tewas selama periode krisis ini, sambil menegaskan bahwa tentara Lebanon tersebut tidak terlibat dalam konflik dengan Israel.
Sebelumnya, Israel telah meminta maaf atas serangan udara yang menewaskan tentara Lebanon, dengan menyampaikan permintaan maaf tersebut dalam rilis resmi Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defence Forces/IDF).
Permintaan maaf ini dianggap sebagai tindakan langka, dan IDF juga menyatakan bahwa pasukan militer Lebanon bukanlah target dari serangan tersebut.
"Kami meminta maaf atas kejadian tersebut, dan berjanji untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut," demikian tulis rilis tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]