WahanaNews.co | Dua belas orang, termasuk di antaranya 3 wanita, dicambuk di depan ribuan penonton di sebuah stadion sepak bola di Afghanistan.
Kepada BBC, Pejabat Taliban mengklaim mereka bersalah atas "kejahatan moral" termasuk perzinahan, perampokan dan seks sesama jenis.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Ini adalah kali kedua dalam sebulan, kelompok garis keras itu melakukan hukuman cambukan di depan umum.
Langkah itu menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya praktik garis keras yang terlihat pada pemerintahan Taliban sebelumnya pada 1990-an.
Dari tempat pencambukan terjadi, Juru Bicara Taliban untuk wilayah Logar di Afghanistan timur Omar Mansoor Mujahid mengatakan bahwa ketiga wanita itu dibebaskan setelah mereka dihukum.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Sementara beberapa pria, kata dia, setelah itu menjalani hukuman penjara namun tidak jelas berapa banyak jumlahnya.
Pria dan wanita masing-masing menerima antara 21 dan 39 cambukan. Jumlah maksimum yang dapat diterima seseorang adalah 39, kata pejabat Taliban lainnya sebagaimana dilansir BBC pada Rabu (23/11/2022).
Berdasarkan laporan sebelumnya, sembilan belas orang juga dihukum minggu lalu dalam pencambukan serupa di provinsi Takhar di Afghanistan utara.
Hukuman cambuk di provinsi Logar terjadi seminggu setelah pemimpin tertinggi Taliban Hibatullah Akhundzada, memerintahkan hakim untuk menegakkan hukuman atas kejahatan tertentu sejalan dengan hukum Syariah.
Interpretasi hukum Islam ini bagi Taliban termasuk eksekusi publik, amputasi publik dan rajam, meskipun kejahatan yang tepat dan hukuman yang sesuai belum secara resmi ditetapkan oleh Taliban.
Perintah pemimpin tertinggi Taliban menjadi tanda terbaru bahwa kelompok itu mengambil sikap lebih keras terhadap hak dan kebebasan. Padahal mereka berjanji untuk memerintah dengan lebih moderat ketika mengambil alih kekuasaan tahun lalu.
Selama pemerintahan mereka dari 1996-2001, Taliban dikecam karena sering melakukan hukuman di depan umum, termasuk pencambukan dan eksekusi di stadion nasional di Kabul.
Pemerintah juga bersumpah tidak akan mengulangi penindasan brutal terhadap perempuan; tetapi sejak kelompok itu kembali berkuasa, kebebasan perempuan sangat dibatasi dan sejumlah perempuan dipukuli karena menuntut haknya. [rna]