WahanaNews.co | Gambar-gambar mengejutkan muncul dari tempat pengobatan pencandu narkoba di Afghanistan setelah pengambilalihan oleh Taliban.
Gambar menunjukkan pencandu Afghanistan dengan kepala dicukur yang ditangkap oleh militan dan berbaris ke rehabilitasi.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Gambar-gambar suram dari Rumah Sakit Medis Avicenna untuk Perawatan Narkoba di Kabul mengungkapkan penderitaan yang dihadapi para pencandu narkoba sekarang, setelah Taliban mengambil kembali kendali atas Afghanistan.
Pada malam hari, polisi memeriksa ibu kota untuk mencari ratusan pria tunawisma yang kecanduan heroin dan metamfetamin.
The Sun melaporkan pada Kamis (7/10/2021), orang-orang itu ditangkap, dipukuli, dan dibawa secara paksa ke pusat-pusat perawatan.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Selama akhir pekan, sekelompok polisi menggerebek sarang narkoba di bawah jembatan di daerah Guzargah.
Seratus lima puluh orang ditangkap dan dibawa ke kantor polisi distrik di mana semua barang milik mereka, termasuk dompet dan cincin, dibakar dalam tumpukan.
Menjelang tengah malam, para pencandu, yang bermata muram dan tubuh seperti kerangka, diarak ke pusat perawatan yang dulunya merupakan pangkalan militer AS.
Pangkalan militer AS itu memang sudah diubah menjadi rumah sakit perawatan kecanduan obat pada 2016.
Metoda Kekerasan
Sesampainya di sana, para pencandu ditelanjangi dan dimandikan sebelum kepalanya dicukur.
"Di sini, program perawatan 45 hari dimulai," kata Dr Wahedullah Koshan, kepala psikiater.
Para pria akan dipaksa untuk menjalani pemulihan, dengan perawatan medis yang sangat minim untuk membantu mereka mengurangi ketidaknyamanan atau rasa sakit.
Dokter di rumah sakit mengungkapkan bahwa pencandu narkoba menderita berbagai bentuk penyakit mental.
Mereka duduk di dinding batu dengan tangan terikat dan disuruh mengendalikan diri atau menghadapi cambukan yang lebih brutal.
Metode berat itu terpaksa disambut oleh beberapa petugas kesehatan, karena mereka tidak punya pilihan selain beradaptasi dengan pemerintahan Taliban.
"Kami tidak berada dalam demokrasi lagi, ini adalah kediktatoran," kata Dr Fazalrabi Mayar, yang bekerja di fasilitas perawatan.
"Dan penggunaan kekuatan adalah satu-satunya cara untuk memperlakukan orang-orang ini," lanjutnya.
Terpisah dengan Keluarga
Tragisnya, sebagian besar keluarga pria-pria ini tidak tahu di mana mereka berada.
Di ruang tunggu rumah sakit, orangtua dan kerabat bertanya-tanya, apakah orang yang mereka cintai yang hilang diambil selama penggerebekan malam.
Seorang ibu menangis setelah dia dipertemukan kembali dengan anaknya yang berusia 21 tahun, yang hilang selama 12 hari.
Dia telah dibawa ke pusat rehabilitasi beberapa minggu sebelumnya.
Segera setelah Taliban mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus, Kementerian Kesehatan Taliban mengeluarkan perintah kepada fasilitas ini untuk mengendalikan masalah kecanduan di negara itu.
Ladang opium Afghanistan yang luas adalah sumber dari mayoritas heroin dunia, dan negara itu telah muncul sebagai produsen shabu yang signifikan.
Kedua faktor itu telah memicu kecanduan besar-besaran di seluruh negeri.
Penggunaan narkoba bertentangan dengan interpretasi Taliban tentang doktrinnya.
Tetapi pencandu juga mendapat stigmatisasi di seluruh komunitas konservatif Afghanistan yang lebih luas.
Tetapi Taliban memiliki tujuan yang lebih luas.
Petugas patroli Qari Ghafoor berkata: "Ini baru permulaan, nanti kami akan mengejar para petani, dan kami akan menghukum mereka sesuai dengan hukum Syariah (menurut interpretasi Taliban)." [dhn]