Untuk itu, militer disebut berupaya menjaga agar mereka terus bekerja.
Dalam praktiknya, para kontraktor disebut kerap membawa unit keamanan kecil hingga ke wilayah yang sangat dekat dengan titik-titik distribusi bantuan kemanusiaan, lokasi yang kerap dipenuhi warga Gaza yang kelaparan dan sangat membutuhkan makanan.
Baca Juga:
Hampir 600 Warga Gaza Tewas Saat Antre Bantuan, Israel Akui Salah
Ketika kehadiran warga dianggap mengganggu operasi mereka, para kontraktor diduga sengaja memicu insiden keamanan demi memperoleh perlindungan tambahan dari militer Israel. Perlindungan ini acap kali berarti satu hal: rentetan tembakan ke arah warga sipil.
Haaretz menyimpulkan dengan pernyataan mencengangkan: "Agar seorang kontraktor dapat memperoleh tambahan 5.000 shekel, diambil keputusan bahwa membunuh orang Palestina yang mencari makanan adalah hal yang dapat diterima."
Tak hanya itu, laporan juga mengungkap bahwa sejumlah perwira dan tentara Israel mengaku mendapat perintah untuk menembaki kerumunan warga sipil tak bersenjata di zona distribusi bantuan, meskipun warga tersebut tak menimbulkan ancaman.
Baca Juga:
Blokade Gila Israel Bunuh 66 Anak Gaza, Dunia Internasional Bungkam
Para prajurit menggambarkan kekejaman yang terjadi di lapangan: "Itu adalah medan pembantaian... di tempat saya, antara satu hingga lima orang terbunuh setiap hari," ungkap salah satu tentara Israel.
"Mereka menembaki mereka seolah-olah mereka adalah pasukan penyerang: mereka tidak menggunakan alat pengendali kerusuhan, mereka tidak menembakkan gas air mata, mereka menembakkan apa pun yang dapat Anda pikirkan, senapan mesin berat, peluncur granat, mortir," imbuhnya.
"Kami berkomunikasi dengan mereka melalui tembakan," lanjutnya.