WahanaNews.co | 164 orang dan dua di antaranya anak kecil, meninggal saat demonstrasi yang berakhir dengan ricuh di Kazakhstan selama satu pekan.
Hal ini diungkapkan Kementerian Kesehatan Kazakhstan, Minggu (9/1/2022), seperti dikutip kantor berita Rusia, Sputnik.
Baca Juga:
Setiap Hari 10.000 Warga Rusia Kabur ke Georgia Gara-gara Putin
Rentetan demonstrasi mulai berlangsung pekan lalu untuk menentang kenaikan harga bahan bakar. Aksi unjuk rasa itu kemudian berkembang menjadi demonstrasi menentang pemerintah.
Kemenkes mengatakan 103 orang meninggal di Almaty, kota utama Kazakhstan tempat kekerasan terjadi.
Sementara itu, dari Almaty dilaporkan bahwa pihak berwenang Kazakhstan pada Minggu menyatakan telah mengendalikan situasi di seluruh negeri setelah negara itu dilanda kekerasan paling maut selama 30 tahun merdeka.
Baca Juga:
Wamendag Bidik Kazakhstan untuk Kembangkan Potensi Perdagangan
Para pejabat keamanan dan intelijen memberi pemaparan kepada Presiden Kassym-Jomart Tokayev bahwa mereka terus melancarkan "pembersihan".
Tindakan ini disebut Tokayev sebagai operasi besar-besaran kontraterorisme.
Pekan lalu, puluhan orang tewas, ribuan orang ditangkap, dan banyak gedung dibakar.
Keadaan itu membuat Tokayev mengeluarkan perintah tembak mati dalam penanganan kerusuhan, yang menurutnya disebabkan oleh para bandit dan teroris. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.