Saat ini Korut sedang dikenai sanksi internasional terkait program senjata nuklir dan misil balistiknya. Sejauh ini Korut menyatakan bahwa program persenjataan mereka perlu dipertahankan untuk mencegah terjadinya invasi oleh AS.
Perundingan nuklir Korut-AS sendiri telah terhenti sejak kegagalan KTT 2019 di Hanoi yang mempertemukan pemimpin Korut, Kim Jong-un, dengan Presiden AS saat itu, Donald Trump. Perundingan tersebut digelar dengan tujuan untuk membahas keringanan sanksi dengan imbalan agar Pyongyang mau menghentikan program nuklir dan pengembangan persenjataannya.
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
Washington DC sebenarnya telah berulang kali menekankan kesediaannya untuk melakukan diplomasi dengan Pyongyang, dengan Sung Kim, perwakilan khusus AS untuk Korut, pada pekan ini telah mengulangi seruan tawaran untuk berunding tanpa prasyarat.
Namun Kim Jong-un menekankan bahwa istilah denuklirisasi tidak akan pernah bisa dibicarakan kecuali Washington DC mengakhiri kebijakan permusuhan terhadap Pyongyang.
Baca Juga:
Prabowo Dukung Solusi Dua Negara untuk Selesaikan Konflik Palestina
Aktivitas di Yongbyon
Sementara itu kantor beritaKBSpada Jumat melaporkan bahwa Institut Studi Internasional Middlebury di AS pada Kamis (16/9) telah mempublikasikan citra satelit terbaru dari fasilitas pengayaan uranium di Yongbyon, Korut.
Berdasarkan citra satelit yang diambil pada 14 September itu, terlihat ada enam buah lubang dan tembok besar di tempat yang dulunya ditanami pohon pada awal Agustus lalu.