WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan bersikap keras terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjelang kunjungannya ke negara-negara Teluk.
Trump menegaskan tidak akan membiarkan Netanyahu mengganggu agendanya, bahkan bersedia mengabaikan kepentingan Israel jika dianggap menghalangi misi utama AS di kawasan.
Baca Juga:
Trump Puji Pembicaraan Dagang AS-China di Swiss: Banyak yang Disepakati
Dilansir Middle East Eye, kunjungan ini bertujuan menciptakan stabilitas di Timur Tengah, menjauhkan kawasan dari konflik bersenjata dan bencana kemanusiaan, terutama di Yaman dan Gaza.
Seorang pejabat Barat menyebut kondisi ini sebagai akumulasi frustrasi Trump terhadap Israel, meski belum sampai pada titik putus hubungan.
Penolakan Trump terhadap tekanan Israel terlihat jelas dalam isu nuklir Iran. Ia menolak desakan Netanyahu untuk melancarkan serangan ke Iran, dan bahkan memilih membuka jalur perundingan.
Baca Juga:
Tarif Turun Jadi 80 Persen, Trump Ubah Strategi Hadapi Tiongkok
Sementara itu, AS justru mendukung blokade dan operasi militer Israel di Gaza, membuat posisinya terkesan ambigu.
Namun, dinamika mulai berubah. Trump kini mendorong penghentian konflik Yaman dan merintis kesepakatan bantuan kemanusiaan di Gaza, termasuk dengan mengerahkan lembaga swadaya nirlaba dan kontraktor keamanan untuk menyalurkan bantuan tanpa melibatkan PBB.
Langkah ini menimbulkan kegelisahan di kalangan elite Israel dan konservatif AS yang khawatir atas meningkatnya campur tangan Amerika di Gaza.