Ia menggambarkan rencananya sebagai proyek pengembangan real estat untuk masa depan, dengan tujuan menciptakan komunitas modern bagi 1,9 juta warga Palestina—di mana ia sendiri akan menjadi pemilik properti utama.
"Kami akan membangun komunitas yang indah, seperti yang belum pernah mereka miliki sebelumnya," kata Trump.
Baca Juga:
AS Tinggalkan UNESCO dan UNRWA, Trump Sebut PBB Penuh Bias
Trump pertama kali mengungkapkan gagasan kepemilikan Gaza dalam konferensi pers di Washington pekan lalu, bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Saat itu, ia mengatakan, "Kami memiliki rencana yang akan mengubah segalanya. Ini bukan hanya soal perang, tetapi tentang menciptakan peluang baru."
Rencana tersebut mendapat penolakan keras dari warga Palestina yang bersumpah tidak akan meninggalkan tanah mereka.
Baca Juga:
Geopolitik Memanas, Hendropriyono: Indonesia Jangan Jadi Korban Konflik Superpower
"Ini tanah kami, kami tidak akan ke mana-mana," ujar seorang warga Gaza dalam wawancara dengan Al Jazeera.
Berbagai negara, terutama di kawasan Asia Barat, juga mengecamnya, dengan beberapa pihak menyebutnya sebagai bentuk pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina.
"Ini bukan solusi, ini pengusiran paksa," kata Menteri Luar Negeri Turki dalam pernyataannya.