Pola kebijakan yang berubah-ubah ini membuat para pemimpin dunia dan pelaku usaha kesulitan menghadapi ketidakpastian ekonomi yang semakin besar.
Dalam pernyataan terbarunya, Trump menjelaskan bahwa penundaan tarif ini akan berlangsung selama tiga bulan untuk memberi kesempatan negosiasi dengan negara-negara yang mengajukan keberatan.
Baca Juga:
China Siap-siap Hantam Negara yang Kompak dengan AS, Begini Ancamannya
Namun, ketegangan dengan China tidak berkurang.
Sebaliknya, tarif impor dari negara itu dinaikkan dari 104% menjadi 125%, memperburuk eskalasi perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Gedung Putih menegaskan bahwa penundaan tarif ini tidak berlaku untuk semua kebijakan proteksionis AS.
Baca Juga:
China Andalkan Kendali Rare Earth Sebagai Senjata Perang Dagang Lawan Amerika
Tarif umum sebesar 10% atas sebagian besar barang impor tetap berlaku, begitu pula bea masuk tinggi untuk mobil, baja, dan aluminium.
Pasar menyambut positif langkah ini. Indeks saham S&P 500 ditutup naik 9,5%, sementara dolar AS menguat terhadap mata uang safe haven.
Namun, para analis mengingatkan bahwa reli pasar ini tidak serta-merta menghapus dampak negatif dari tarif yang telah diterapkan sebelumnya.