Survei terbaru menunjukkan bahwa investasi bisnis dan belanja rumah tangga mulai melambat karena ketidakpastian ekonomi.
Sementara itu, Bank investasi Goldman Sachs menurunkan perkiraan kemungkinan resesi AS dari 65% menjadi 45% setelah pengumuman Trump.
Baca Juga:
Wamendag: Indonesia Kedepankan Diplomasi Perdagangan Hadapi Trump 2.0
Meski begitu, mereka tetap memperkirakan bahwa tarif yang masih berlaku akan meningkatkan biaya rata-rata impor sebesar 15%, yang berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang memimpin negosiasi perdagangan bilateral, menyatakan bahwa keputusan Trump merupakan bagian dari strategi diplomasi ekonomi.
"Ini memang strategi Presiden dari awal," ujarnya. "Bahkan bisa dibilang, ini adalah cara untuk memojokkan China. Mereka merespons, dan dunia kini bisa melihat siapa yang sebenarnya menjadi aktor jahat."
Baca Juga:
China Serang Balik! Tarif Naik Jadi 84%, Trump Dibuat Pusing
Menurut Bessent, negara-negara yang tidak melakukan pembalasan terhadap tarif AS mendapatkan "hadiah" berupa penundaan bea masuk.
Ia juga menyebutkan bahwa negosiasi mendatang akan mencakup isu yang lebih luas, termasuk kerja sama militer dan bantuan luar negeri, di samping pembahasan tarif.
Trump menegaskan bahwa kesepakatan dengan China masih mungkin terjadi, tetapi saat ini pemerintahannya akan fokus pada negosiasi dengan lebih dari 75 negara yang telah mengajukan keberatan atas kebijakan tarif baru ini.