WahanaNews.co | Juru bicara presiden Turki, Ibrahim Kalin, memperingatkan konflik di Ukraina telah memicu "era baru Perang Dingin" dengan konsekuensi yang akan berlangsung selama beberapa dekade.
Lewat akun Twitternya, Kalin menyatakan bahwa krisis Ukraina terus semakin dalam. Menurutnya, pencarian keseimbangan kekuatan baru bersama dengan perhitungan keuntungan jangka pendek dalam perspektif jangka menengah dan panjang akan menyebabkan kerugian strategis yang besar dan drama kemanusiaan.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
“Kita telah memasuki era baru perang dingin. Efek perang ini akan berlangsung selama beberapa dekade,” tulisnya seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (14/4/2022).
Kalin telah menjadi sekretaris pers untuk pemimpin negaranya Recep Tayyip Erdogan sejak 2014.
Sejak peluncuran serangan Moskow pada 24 Februari, Turki telah memegang posisi 'netral', mendesak pembicaraan damai, memperingatkan Barat agar tidak mengisolasi Rusia dan berusaha bertindak sebagai mediator antara Moskow dan Kiev.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
Tidak seperti anggota lain dari blok pimpinan Amerika Serikat (AS), Ankara telah menolak untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan terus membuka saluran diplomatiknya dengan kedua belah pihak.
Selama beberapa minggu terakhir, yang telah menyaksikan ketegangan antara Rusia dan Barat tumbuh secara dramatis, kekhawatiran tentang ancaman 'Perang Dingin baru' telah disuarakan oleh banyak pihak.
Sementara AS dan sekutunya terus menyerukan "isolasi" Rusia sebagai tanggapan atas tindakan negara itu di Ukraina, Presiden Vladimir Putin mengatakan pada hari Selasa bahwa tidak ada negara yang dapat mempertahankan dominasi penuhnya sekarang, karena dunia telah menjadi jauh lebih kompleks daripada dulu selama Perang Dingin.