WahanaNews.co | Ukraina
melakukan pemblokiran situs beberapa media terkemuka Rusia. Alasannya, situs
berita yang bersangkutan dianggap menyebarkan berita propaganda.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Dilansir AFP, Senin (23/8/2021) hubungan antar negara-negara
bekas Soviet itu telah memburuk sejak Rusia mencaplok semenanjung Krimea pada
2014 lalu, serta mendukung separatis bersenjata di Ukraina Timur.
Ukraina dan sekutu Baratnya menuduh Kremlin mengirim pasukan
dan senjata untuk memperkuat separatis. Ukraina juga mengatakan Rusia
memanfaatkan media sebagai alat propaganda untuk memicu konflik.
Sebuah dekrit dari Presiden Volodymyr Zelensky yang
diterbitkan Minggu waktu setempat memerintahkan situs web 12 organisasi media
Rusia diblokir di Ukraina. Keputusan itu juga memerintahkan rekening bank lokal
organisasi untuk dibekukan.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Situs berita yang diblokir itu termasuk harian bisnis
Vedomosti, yang baru-baru ini diambil alih oleh editor yang ramah pada Kremlin,
dan surat kabar Moskovsky Komsomolets.
Kremlin mengkritik langkah pemblokiran itu. Serta
menggambarkan Ukraina berada di jalur menuju "kebebasan berbicara yang
mencekik" dan membatasi informasi yang "tidak diinginkan dan tidak
nyaman".
Kepala Persatuan Jurnalis Rusia, Vladimir Soloviev
mengatakan langkah itu sebagai "pembersihan akhir" media Rusia di
Ukraina.
Akan tetapi pemimpin redaksi Moskovsky Komsomolets Pavel
Gusev mengatakan keputusan itu tidak akan berdampak pada pekerjaan biro Ukraina
"dengan cara apa pun".
"Ada cara modern untuk melewati pembatasan ini, jika
perlu," katanya kepada kantor berita Rusia, Interfax.
Tindakan tersebut hanyalah gelombang terbaru dari hukuman
yang dijatuhkan Ukraina terhadap perusahaan dan pengusaha Rusia. Pada bulan
Juni lalu, Kiev memberlakukan sanksi terhadap belasan individu dan perusahaan
yang memiliki hubungan dengan sektor pertahanan Rusia.
Ukraina pada Februari memblokir tiga saluran televisi
pro-Rusia dalam sebuah langkah yang menurut kepresidenan ditujukan untuk
mencegah propaganda Kremlin.
Sekitar 40 juta orang Ukraina sebagian besar bilingual dan
sebagian besar orang yang tinggal di timur negara itu, tempat pertempuran
terkonsentrasi, menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa pertama.
Konflik antara tentara Kiev dan separatis yang didukung Rusia
telah merenggut lebih dari 13.000 nyawa. Militer Ukraina mengatakan bahwa salah
satu tentaranya tewas dalam serangan dari wilayah yang dikuasai separatis
selama 24 jam terakhir.
Secara terpisah, dinas keamanan FSB Rusia mengumumkan telah
menahan seorang warga negara Ukraina yang dikatakan sedang mengumpulkan
informasi rahasia tentang sistem senjata baru. [qnt]