WahanaNews.co | Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, Jumat (25/3/2022), mengatakan, Ukraina dan Rusia membuat kemajuan dalam empat masalah yang dirundingkan untuk mengakhiri pertempuran.
Tetapi, katanya, perbedaan tetap ada pada dua masalah utama lainnya.
Baca Juga:
Adu Kuat Erdogan Dengan Kilicdaroglu di Pilpres Turki, Siapa Menang?
Berbicara kepada wartawan sekembalinya dari KTT NATO, Kamis (24/3/2022) malam, Erdogan mengatakan Kiev telah menyatakan kesiapan untuk menyerah bergabung dengan NATO.
Kemudian, siap menerima bahasa Rusia sebagai bahasa resmi, dan juga dapat menerima konsesi tertentu mengenai perlucutan senjata dan keamanan kolektif.
Tapi Erdogan mengatakan Ukraina tidak begitu nyaman mengenai tuntutan Rusia di Krimea, yang dicaplok Moskow pada 2014.
Baca Juga:
KBRI Pastikan Tak Ada Korban WNI dalam Ledakan Istanbul
Termasuk wilayah Donbas timur, di mana telah mengakui entitas separatis sebagai independen.
Komentarnya dilaporkan oleh surat kabar Hurriyet dan media Turki lainnya pada Jumat (25/3/2022).
"Seperti diketahui, hampir ada konsensus mengenai isu-isu seperti NATO," ujar Erdogan.
Dikatakan, seperti perlucutan senjata, keamanan kolektif dan menggunakan bahasa Rusia sebagai bahasa resmi selama proses yang sedang berlangsung di Belarusia.
"Namun, ada masalah Krimea dan Donbass, yang tidak mungkin disetujui oleh Ukraina," tambahnya.
"Saya pikir Tuan Zelensky telah menunjukkan kepemimpinan yang bijaksana dengan pemahaman untuk membawa masalah ini ke referendum," kata Erdogan.
"Itu adalah keputusan yang harus dibuat oleh seluruh rakyat Ukraina'," tambah Erdogan.
Ragip Soylu, Kepala Biro Turki untuk Middle-East Eye, mengklaim presiden Turki berencana memberitahu Putin.
"Buat jalan keluar yang terhormat di Ukraina dan jadilah arsitek perdamaian," katanya.
Anggota NATO Turki telah berusaha menyeimbangkan hubungannya dengan Ukraina dan Rusia.
Memposisikan dirinya sebagai mediator di antara keduanya.
Turki juga menjadi tuan rumah pertemuan antara menteri luar negeri kedua negara awal bulan ini. [gun]