Vatikan tidak memberikan penjelasan mengapa Uskup Belo mengundurkan diri sebagai Kepala Gereja Katolik Roma di Timor Leste pada tahun 2002 dan dikirim ke Mozambik, di mana dia diizinkan untuk bekerja dengan anak-anak.
Berita itu mengejutkan seluruh Timor Leste, negara di mana dia dianggap sebagai pahlawan nasional karena berjuang untuk memenangkan kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Umumkan Daftar Kardinal 2024, Ada dari Indonesia
“Kami di sini juga terkejut mendengar berita ini,” kata seorang pejabat di Keuskupan Agung Dili, Timor Leste, pada hari Kamis (29/9/2022), kepada kantor berita The Associated Press, dengan syarat anonim.
De Groene Amsterdammer, dalam laporan investigasinya, mengatakan, dua terduga korban, yang diidentifikasi hanya sebagai Paulo dan Roberto, dilaporkan dilecehkan oleh Uskup Belo, dan mengatakan anak laki-laki lain juga menjadi korban.
Investigasi majalah itu menunjukkan bahwa pelecehan seksual oleh Uskup Belo diketahui oleh pemerintah Timor Leste serta pekerja kemanusiaan dan gereja.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Angkat Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM menjadi Kardinal Baru untuk Indonesia
“Uskup memerkosa dan melecehkan saya secara seksual malam itu,” kata Roberto, dikutip oleh majalah tersebut.
“Pagi-pagi sekali dia menyuruh saya pergi. Saya takut karena hari masih gelap. Jadi saya harus menunggu sebelum saya bisa pulang. Dia juga meninggalkan uang untuk saya. Itu dimaksudkan agar saya tutup mulut. Dan untuk memastikan saya akan kembali.”
Uskup Belo memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1996 dengan sesama ikon kemerdekaan Timor Timur dan Presiden petahana, Jose Ramos-Horta, atas upayanya mengampanyekan solusi yang adil dan damai untuk konflik di negara asal mereka karena berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari Indonesia.