Komite Nobel Norwegia, dalam kutipannya, memuji keberanian Uskup Belo dalam menolak diintimidasi oleh pasukan Indonesia.
Komite mencatat bahwa ketika mencoba untuk mendekati PBB guna mengatur plebisit untuk Timor Timur, dia menyelundupkan dua saksi pembantaian berdarah tahun 1991 sehingga mereka bisa bersaksi kepada Komisi Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.
Baca Juga:
Vatikan dan Pemerintah Indonesia Umumkan Rencana Kunjungan Paus Fransiskus
Sekembalinya pada hari Kamis (29/9/2022) dari Amerika Serikat, di mana dia berbicara di Majelis Umum PBB, Ramos-Horta ditanya tentang tuduhan terhadap Uskup Belo dan dijatuhkannya sanksi oleh Vatikan.
"Saya lebih suka menunggu tindakan lebih lanjut dari Takhta Suci," katanya.
Uskup Belo, yang diyakini tinggal di Portugal, tidak menjawab ketika dihubungi melalui telepon oleh Radio Renascença, penyiaran swasta gereja Portugal.
Baca Juga:
Jelang Kunjungan Ke Indonesia, Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Berdoa untuk Kesehatan Paus Fransiskus
Belo adalah seorang imam Salesian Don Bosco, sebuah ordo religius Katolik Roma yang telah lama memiliki pengaruh di Vatikan.
Salesian cabang Portugal mengatakan pada hari Kamis (29/9/2022) bahwa mereka mengetahui "dengan sangat sedih dan takjub" dari berita tersebut.
Cabang tersebut menjauhkan diri dari Uskup Belo, dengan mengatakan bahwa dia sudah tidak terkait dengan ordo itu.