WahanaNews.co, New York - Dana bantuan sosial (bansos) yang diberikan oleh pemerintah bertujuan untuk memberikan dukungan kepada warga yang mengalami kesulitan finansial.
Biasanya, dana tersebut digunakan oleh penerima untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau untuk kegiatan produktif lainnya.
Baca Juga:
Ketum DP Serahkan Bansos Untuk Masyarakat Terdampak Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT
Namun, Jasmine Taylor, seorang warga Amerika Serikat yang berada dalam kondisi ekonomi yang sulit, memilih untuk menggunakan dana bansos sebesar US$ 1.200 atau setara dengan Rp 17,9 juta untuk memulai usaha bisnis, yang pada awalnya dianggap memiliki risiko besar.
Perlu dicatat bahwa Jasmine Taylor adalah seorang pengangguran yang juga terbebani oleh utang besar.
Dia memiliki dua utang, yakni utang pendidikan sebesar US$ 60.000 atau Rp 898 juta, dan utang kartu kredit senilai US$ 9.000 atau Rp 134 juta.
Baca Juga:
Dinsos Kotim Hentikan Sementara Penyaluran Bansos Hingga Pilkada 2024 Usai
Awalnya, Jasmine dapat membayar cicilan utangnya dengan lancar. Namun, ketika dia kehilangan pekerjaan tetapnya, dia mulai mengalami kesulitan dalam membayar utang-utang tersebut.
Pekerjaan paruh waktu yang dia lakukan tidak cukup untuk mengatasi jumlah utangnya. Oleh karena itu, dia menjadi penerima bansos dari pemerintah.
Saat menerima dana bansos tersebut, Jasmine Taylor dengan cepat mencari cara untuk mengelolanya dengan bijak dengan bantuan sumber-sumber di YouTube. Dia ingin memastikan bahwa dia tidak akan membuat kesalahan dalam mengatur keuangan.
Untungnya, wanita berusia 31 tahun ini menemukan teknik "cash stuffing," yang mengharuskan seseorang melakukan anggaran yang ketat terhadap uang tunai yang mereka terima.
Dalam teknik ini, uang ditempatkan dalam amplop sesuai dengan tujuan keuangan yang berbeda, sehingga memastikan bahwa setiap dolar yang diterima digunakan dengan bijak.
Cash stuffing sebenarnya bukan hal baru dan sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Namun, akhir-akhir ini cara tersebut menjadi viral.
"Saya menemukan penganggaran tunai dan saya benar-benar mengikutinya," kata Jasmine, dikutip dari CNBC Make It. "Saya hanya akan membelanjakan apa yang saya miliki dalam bentuk tunai."
Setelah mempelajari hal tersebut, Taylor kemudian mulai mengunggah video-video dirinya melakukan cash stuffing menggunakan duit bansos melalui akun TikTok-nya.
Alhasil, postingan tentang pengelolaan keuangan dengan memasukkan uang tunai ke dalam amplop menjadi viral. Dia mendapatkan banyak pengikut (saat ini memiliki 650.000-an pengikut di TikTok).
Dari sini dia kemudian punya ide untuk berbisnis. Taylor mengubah metode cash stuffing-nya menjadi bisnis bernama 'Baddies and Budgets'. Lewat bisnis itu dia memberikan kursus tentang uang, alat-alat untuk budgeting, dan aksesori lainnya.
Salah satu yang dijual adalah amplop. Amplop itu bukan biasa yang polos, tetapi sudah dirancang lebih estetik dan menarik.
"Saya melihat pasar, dan tidak dapat menemukan banyak toko yang menjual barang-barang yang Anda butuhkan untuk cash stuffing," katanya
Jasmine mendirikan perusahaannya itu pada tahun 2021 bermodalkan uang bansos US$ 1.200 atau Rp 17 juta. Tak butuh waktu lama, beberapa bulan setelah pendirian usaha, Jasmine mendapat cuan hampir US$ 250.000 atau Rp 3,7 miliar.
Lalu setahun kemudian bisnis tersebut moncer. Baddies and Budgets menghasilkan cuan sekitar US$ 850.000 atau Rp 13,5 miliar.
Bahkan, di tahun ini, Jasmine mengklaim cuan yang didapat hampir US$ 1 juta atau Rp 15,9 miliar.
Sejak itu, Jasmine yang tadinya pengangguran banyak utang, naik kelas jadi miliarder muda.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]