WahanaNews.co | Sebanyak 28 ribu perempuan Saudi melamar menjadi masinis kereta api.
Sayangnya, berdasarkan lowongan yang dibuka, pihak perusahaan kereta hanya membutuhkan 30 orang pengemudi kereta.
Baca Juga:
Timnas Indonesia Hadapi Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Putaran Ketiga
“Sebuah iklan lowongan kerja yang dipasang oleh operator kereta api untuk merekrut 30 pengemudi kereta perempuan di Arab Saudi telah menarik 28.000 pelamar,” kata perusahaan itu, dilansir dari Saudi Gazette, Jumat (18/2/2022).
Operator kereta api Spanyol, Renfe, mengatakan, penilaian online tentang latar belakang akademik dan keterampilan bahasa Inggris telah membantunya mengurangi jumlah kandidat sekitar setengahnya.
Namun, seleksi penerimaan masih dilanjutnya untuk beberapa tes lainnya.
Baca Juga:
Kanwil Kemenag Kaltara Alokasikan 221.000 Jatah Haji untuk Tahun 2025
“Mereka diperkirakan akan bekerja pada pertengahan Maret,” kata Renfe.
Kandidat yang berhasil akan mengendarai kereta berkecepatan tinggi antara kota suci Makkah dan Madinah setelah satu tahun pelatihan.
“Ini adalah pertama kalinya peran seperti itu diiklankan untuk perempuan di Kerajaan,” ujar Renfe.
Renfe mengatakan bahwa perusahaannya ingin menciptakan peluang bagi perempuan dalam bisnis lokalnya.
Karena saat ini perusahaan sudah memperkerjakan 80 laki-laki untuk mengemudikan kereta api di Arab Saudi, dan memiliki 50 lagi di bawah instruksi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Saudi telah melakukan upaya untuk meningkatkan jumlah perempuan yang bekerja sebagai bagian dari rencana Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak.
Saudi juga telah mendorong sejumlah reformasi sosial, termasuk mengakhiri larangan mengemudi bagi perempuan dan melonggarkan undang-undang perwalian laki-laki untuk memungkinkan perempuan bepergian dengan bebas.
Sebagai akibat dari perubahan tersebut, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat hampir dua kali lipat selama lima tahun terakhir, menjadi 33 persen dan lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang memasuki angkatan kerja pada paruh pertama tahun lalu.
Namun, laki-laki masih memegang mayoritas pekerjaan, terutama di sektor publik, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu oleh Brookings Institute yang berbasis di AS. [gun]