WahanaNews.co. Gaza - Presiden AS Joe Biden menegaskan peluang terjadinya gencatan senjata di Jalur Gaza sudah tertutup.
"Tidak ada. Tidak ada kemungkinan," kata Biden, hari Kamis, (10/11/2023), ketika menjawab pertanyaan tentang peluang gencatan senjata saat dia meninggalkan Gedung Putih.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Biden masih optimis Hamas akan segera membebaskan sejumlah sandera.
"Kami tidak akan berhenti sampai kami bisa membebaskannya," kata dia, ketika ditanya tentang pesan kepada keluarga sandera.
Pernyataan ini muncul beberapa jam setelah juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby, mengumumkan bahwa Israel telah setuju untuk memberlakukan jeda kemanusiaan selama empat jam setiap hari di bagian utara enklave yang terkepung.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Jeda singkat tersebut akan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah di mana mereka diperlukan dan juga memungkinkan warga Palestina untuk meninggalkan area berbahaya, seperti yang dijelaskan oleh Kirby.
Setelah Agresi Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat, jumlah korban jiwa akibat tindakan kekerasan dari pihak Israel telah meningkat menjadi setidaknya 10.966 warga sipil, dengan lebih dari 28.500 orang mengalami luka-luka, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Kesehatan dalam pembaruan pada malam hari.
Dalam pernyataannya, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengungkapkan bahwa jumlah korban jiwa akibat tindakan tentara Israel di Jalur Gaza mencapai 10.790 warga sipil, sementara jumlah kematian di Tepi Barat telah naik menjadi 176 orang.
Selain itu, sekitar 26.000 warga Palestina mengalami luka-luka di Gaza, dan hampir 2.450 orang lainnya mengalami luka-luka di Tepi Barat.
Pada tanggal 29 Oktober, kata kementerian, dilaporkan bahwa sekitar 2.650 warga Palestina, termasuk setidaknya 1.400 anak, hilang, yang mungkin terjebak atau tewas di bawah reruntuhan, menunggu penyelamatan.
Dari 35 rumah sakit di Gaza, 18 di antaranya saat ini tidak dapat beroperasi karena dampak dari kampanye pengeboman Israel dan habisnya persediaan bahan bakar.
Kekurangan pasokan bahan bakar telah memaksa para dokter untuk melakukan operasi tanpa anestesi yang memadai, termasuk bagi mereka yang terluka dalam serangan udara dan wanita yang menjalani operasi caesar.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]