Minat masyarakat Israel terhadap kewarganegaraan Portugal meningkat signifikan sejak negeri itu menerbitkan law of return pada 2015, yang memberi hak pengajuan kewarganegaraan kepada keturunan Yahudi Sefardim yang terdampak Inkuisisi pada abad ke-16.
Program itu awalnya dianggap sebagai langkah pemulihan sejarah oleh pemerintah Portugal.
Baca Juga:
Hukuman Dipotong, Ronaldo Kembali Jadi Andalan Portugal di Piala Dunia
Pada Desember 2023, pemerintah Portugal mengumumkan rencana menghentikan kebijakan tersebut, dengan alasan bahwa tujuan reparasinya telah "terpenuhi."
Namun, alih-alih menutupnya sepenuhnya, aturan itu direvisi menjadi lebih ketat, di antaranya dengan mensyaratkan pemohon menunjukkan keterikatan yang lebih kuat pada Portugal, seperti tinggal di negara tersebut selama minimal 3 tahun.
Selain faktor sejarah, kewarganegaraan Portugal diminati karena membuka akses bebas bergerak di wilayah Uni Eropa serta memberikan keuntungan finansial. Portugal dikenal memiliki pajak dan biaya hidup yang lebih rendah dibanding Israel, meski pendapatan rata-rata di sana juga lebih kecil.
Baca Juga:
Ronaldo Umumkan Piala Dunia 2026 sebagai Turnamen Terakhir: “Saatnya Berhenti di Ajang Besar”
Sebagian warga Israel juga mempertimbangkan peluang pendidikan, terutama karena universitas negeri di Eropa lebih mudah diakses dan menawarkan biaya kuliah yang lebih rendah bagi warga negara Uni Eropa.
Popularitas paspor ganda meningkat tajam sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memicu ketidakpastian nasional dan membuat banyak warga Israel mencari "paspor cadangan" untuk keamanan tambahan. Dalam periode penuh gejolak yang sama, puluhan ribu warga juga dilaporkan meninggalkan Israel.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.