WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kematian sering kali menjadi misteri yang menimbulkan banyak pertanyaan. Bagaimana kita benar-benar tahu bahwa seseorang telah meninggal?
Bukan hanya napas yang berhenti atau denyut nadi yang lenyap, tetapi tubuh juga mengalami serangkaian perubahan yang tidak bisa dihindari.
Baca Juga:
Direkonstruksi, Brigadir Aks Tembak Dua Kali Kepala Sopir Ekspedisi
Dari kulit yang mulai mendingin hingga munculnya warna kebiruan di beberapa bagian tubuh, setiap detail memberikan petunjuk akan berakhirnya kehidupan.
Bagi dunia medis, perubahan-perubahan ini bukan sekadar tanda, tetapi juga bukti ilmiah yang membantu menentukan penyebab serta perkiraan waktu kematian.
Salah satu indikasi utama bahwa seseorang telah meninggal adalah ketika organ vitalnya tidak lagi berfungsi, menyebabkan tubuh beradaptasi menuju kondisi yang disebut sebagai perubahan post-mortem.
Baca Juga:
Resistensi Antimikroba, Ancaman Mematikan yang Mengalahkan HIV dan Malaria
Indikasi Kematian
Tanda-tanda menjelang kematian umumnya muncul dalam hitungan hari atau jam, terutama pada penderita penyakit kronis atau usia lanjut.
Beberapa tanda yang sering terlihat adalah:
• Kelelahan dan Rasa Mengantuk Berlebih
Menjelang ajal, metabolisme tubuh melambat, menyebabkan seseorang tampak lemas, kurang bertenaga, dan lebih banyak tidur. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan tidak sadarkan diri dalam tidurnya.
• Penurunan Nafsu Makan dan Minum
Seseorang yang berada di ambang kematian cenderung enggan makan atau minum.
Mereka juga mengalami kesulitan dalam menelan makanan, minuman, maupun obat-obatan. Hal ini terjadi karena sistem pencernaan mulai melemah dan tidak lagi berfungsi optimal.
• Perubahan Pola Napas
Pernapasan menjadi tidak teratur, kadang cepat dan dalam, diselingi jeda panjang antara tarikan napas.
Selain itu, tubuh memproduksi dahak yang menumpuk, menimbulkan suara khas saat bernapas.
• Halusinasi dan Kebingungan
Menjelang kematian, seseorang mungkin mengalami kebingungan, tidak mengenali lingkungan sekitarnya, atau mengalami halusinasi akibat perubahan keseimbangan kimia dalam otak atau efek obat-obatan.
• Tangan dan Kaki Terasa Dingin
Penurunan sirkulasi darah membuat ujung-ujung anggota tubuh terasa dingin dan tampak kebiruan (sianosis) karena berkurangnya pasokan oksigen dalam darah.
• Penurunan Frekuensi Buang Air
Karena tubuh menerima lebih sedikit makanan dan cairan, frekuensi buang air kecil dan besar pun menurun. Dalam kondisi ini, penggunaan kateter atau popok dewasa dapat membantu menjaga kebersihan pasien.
Tanda-Tanda Medis Kematian
Secara medis, ada beberapa indikator yang digunakan dokter untuk memastikan seseorang telah meninggal, yaitu:
• Tidak adanya denyut nadi
• Terhentinya pernapasan
• Hilangnya ketegangan otot
• Pelepasan kotoran dari usus dan kandung kemih
• Kelopak mata tertutup sebagian
• Tidak ada respons terhadap nyeri atau rangsangan
• Mata tidak bereaksi terhadap cahaya
Perubahan Post-Mortem pada Tubuh
Setelah kematian, tubuh mengalami serangkaian perubahan yang bergantung pada faktor lingkungan. Beberapa perubahan tersebut meliputi:
• Rigor mortis – Kekakuan otot yang terjadi beberapa jam setelah kematian.
• Livor mortis – Munculnya lebam keunguan akibat pergerakan darah ke bagian tubuh yang lebih rendah karena gravitasi.
• Tardieu spots – Bintik-bintik akibat pecahnya pembuluh darah.
• Algor mortis – Penurunan suhu tubuh hingga menyamai suhu lingkungan.
• Tache noire – Munculnya garis merah gelap pada mata jika kelopak tidak tertutup.
• Purge fluid – Keluarnya cairan pembusukan dari lubang tubuh seperti mulut dan hidung.
• Dekomposisi – Proses pembusukan yang dipengaruhi oleh bakteri dalam dan luar tubuh.
Tanda-tanda kematian dapat bervariasi tergantung pada penyebab kematian.
Dalam beberapa kasus, seseorang yang tampak sudah meninggal dapat hidup kembali dalam kondisi yang dikenal sebagai mati suri.
Oleh karena itu, untuk memastikan penyebab dan waktu kematian, sebaiknya konsultasikan dengan dokter guna mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
[Redaktur: Rinrin Kaltarina]