Maxi mengatakan bahwa pasien cacar monyet memiliki faktor prilaku seks beresiko dengan munculnya lesi dan ruam kemerahan, dan diikuti dengan demam, pembesaran kelenjar getah bening, nyeri tenggorokan, myalgia, ruam, dan sulit menelan.
Penularan terjadi dari manusia ke manusia karena kontak langsung dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, kata Maxi menambahkan.
Baca Juga:
Berikut Tips Pencegahan Cacar Monyet Agar Tidak Tertular
Menyikapi kasus tersebut, Kemenkes RI melakukan upaya penanggulangan cacar monyet berupa surveilans, terapeutik dan vaksinasi.
Menurut Maxi upaya surveilans dilakukan dengan penyelidikan epidemiologi dan penyiapan laboratorium pemeriksa.
Terapeutik dilakukan dengan memberikan terapi simtomatis, pemenuhan logistik antivirus khusus mpox serta pemantauan kondisi pasien.
Baca Juga:
Kasus Cacar Monyet di Jakarta Barat Bertambah Jadi 10 Orang
Selanjutnya, Kemenkes juga melakukan vaksinasi cacar monyet, terutama pada populasi yang paling berisiko.
"Kriteria penerima vaksin adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan sesama jenis dengan atau tanpa status ODHIV," katanya.
Vaksinasi mpox rencananya akan dilaksanakan mulai 24 Oktober 2023 dengan jumlah sasaran sekitar 447 orang di Klinik Carlo serta puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Jakarta Barat.