Lomba Pemodelan Aktuaria BPJS Kesehatan Tahun 2025 diikuti oleh puluhan tim dari berbagai universitas di Indonesia.
Selain BPJS Kesehatan, kegiatan ini juga melibatkan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) serta Kementerian Keuangan sebagai bagian dari penguatan kolaborasi lintas sektor dalam sistem jaminan sosial nasional.
Baca Juga:
Pemerintah Tegaskan Pasien Gawat Darurat Wajib Dilayani Tanpa Rujukan di Seluruh Indonesia
"Saat ini masih terdapat ketidakseimbangan pada Program JKN, antara iuran dan beban klaim yang tercermin dari rasio yang belum sepenuhnya ideal. Meningkatnya prevalensi penyakit berbiaya katastropik juga menjadi tantangan baru, sehingga menuntut penguatan upaya promotif dan preventif melalui penerapan pola hidup sehat di masyarakat," ucap Anggota DJSN Nikodemus Beriman Purba.
Ia menambahkan, tantangan dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan tidak hanya berkaitan dengan aspek keuangan, tetapi juga menyangkut kebijakan publik, tata kelola, serta prinsip keadilan sosial.
Oleh karena itu, pengelolaan Program JKN tidak dapat lagi mengandalkan satu asumsi tunggal, melainkan membutuhkan pemodelan multi skenario sebagai dasar pengambilan keputusan.
Baca Juga:
Menkes Budi: BPJS Fokus Untuk Masyarakat Bawah, Orang Kaya Bisa Pakai Swasta
"Lomba Pemodelan Aktuaria BPJS Kesehatan Tahun 2025 diikuti oleh 47 karya dari 27 perguruan tinggi di Indonesia yang mencakup jenjang S1, S2, hingga S3. Seluruh karya pemodelan aktuaria terpilih akan dikembangkan lebih lanjut oleh BPJS Kesehatan. Lomba ini menjadi awal kolaborasi yang berkelanjutan dengan dunia akademik dalam menghasilkan rekomendasi kebijakan yang aplikatif, khususnya untuk menjawab tantangan keberlanjutan pembiayaan, kepatuhan peserta, dan pengelolaan risiko Program JKN," ujarnya.
Dalam pengumuman pemenang, Universitas Gadjah Mada berhasil meraih juara pertama untuk kategori jenjang sarjana.
Sementara itu, Institut Teknologi Bandung dinobatkan sebagai juara pertama pada kategori jenjang pascasarjana magister.