WahanaNews.co | Indonesia
perlu meningkatkan kewaspadaan di masa pandemi ini. Terlebih, varian baru virus
corona dari Inggris yang diberi nama VUI - 202012/01, saat ini sudah semakin
dekat dengan Indonesia. Pekan ini, tetangga seperti Australia, Singapura, dan
Malaysia sudah melaporkan kasus varian virus corona baru tersebut.
Baca Juga:
IDI Ingatkan Masyarakat Agar Tidak Abaikan Risiko Penularan COVID-19
Menurut Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional (KPCPEN), Airlangga Hartarto, pemerintah saat ini masih terus
memantau munculnya varian baru virus corona di Inggris dan sejumlah negara.
"Yang pertama kita bicara masalah pandemi COVID-19 itu
keseluruhan dan varian baru di berbagai negara belum dalam tanda petik, kita
masih monitor di Indonesia," kata Airlangga dalam diskusi 'Outlook 202:
Wajah Indonesia Setelah Pandemi' di YouTube BNPB.
Menristek BRIN Bambang Brodjonegoro mengungkapkan penyebaran
COVID-19 di Inggris saat ini sudah di posisi R>1. Dalam artian, satu orang
bisa menyebarkan virus lebih ke satu orang.
Baca Juga:
Varian Covid-19 Terbaru, WHO Peringatkan Potensi Bahaya Arcturus
"Pertama, kita harus sangat waspada dengan tingkat
peningkatan kasus positif dan infeksi yang masih tinggi. Tentunya kita harus
menjaga agar varian ini tidak sampai ikut membuat keadaan jadi lebih berat.
Tetapi saat ini kita simpulkan belum ada bukti menunjukkan varian ini sudah ada
atau menyebar di Indonesia," jelas Bambang.
Meski belum ada bukti menimbulkan keparahan terhadap mereka
yang terinfeksi corona, Bambang menyebut masih perlu penelitian lebih lanjut.
"Sampai saat ini, belum ada bukti. Saya menggunakan
kata belum, bukan tidak. Kita tetap harus waspada sekali. Tapi sampai sekarang
belum ada bukti mengenai tingkat keganasan penyakit akibat virus ini dan
kematian yang terjadi," kata Bambang.
Di sisi lain, ia meminta masyarakat tetap ekstra hati-hati
karena varian baru corona ini bisa masuk kapan saja. Terlebih, pintu masuk ke
Indonesia begitu banyak.
"Pertama, kita harus sangat waspada dengan tingkat
peningkatan kasus positif dan infeksi yang masih tinggi tentunya kita harus
menjaga agar varian ini tidak sampai ikut membuat keadaan jadi lebih
berat," tutur Bambang.
"Ada 2 negara tetangga kita yang sudah kedatangan
varian ini. Pertama adalah Australia dan Singapura. Kasusnya 1 orang tapi
artinya kita harus hati-hati karena sudah makin dekat ke kita," tambah
dia.
Lebih lanjut, Bambang mengingatkan penularan varian baru ini
tak hanya di iklim dingin, namun bisa juga di iklim tropis. Menurutnya, daya
tahan tubuh manusia yang tinggal di iklim hangat juga tak mampu menahan corona.
"Pandangan saya kita jangan terlalu mudah terbawa
dengan pendapat atau hipotesis bahwa yang iklimnya lebih hangat seperti kita
tropis, subtropis itu akan lebih (baik) imunnya lah tahan terhadap virus
COVID-19 dibanding yang dingin," ucap Bambang.
Senada dengan Bambang, Kepala Lembaga Eijkman Amin
Soebandrio menyampaikan perbedaan kondisi geografis Indonesia dengan
negara-negara beriklim dingin tidak akan banyak mempengaruhi.
Amin mencontohkan kasus temuan varian baru corona yang sudah
terjadi di negara-negara tetangga Indonesia.
"Soal geografis, sebetulnya situasi saat ini sudah
menjawab itu. Karena di Inggris yang dingin saat ini dan sekarang sudah ada di
Australia yang panas, dan ada di Singapura yang tidak berbeda dengan Indonesia.
Sikap kita, kita harus waspada. Berhati-hati karena virus itu tidak mengenal
musim, tidak mengenal geografis," tegas Amin.
Terkait munculnya varian baru corona di Inggris, pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan kebijakan melarang WNA dari Inggris masuk ke tanah
air.
Larangan ini tertuang dalam Addendum SE 3 Satgas Tahun 2020
demi mencegah penularan corona varian baru. [qnt]