WahanaNews.co | Imperial College London mengumumkan hasil penelitiannya bahwa risiko terjadinya reinfeksi atau infeksi ulang akibat COVID-19 varian Omicron 5 kali lebih tinggi daripada varian lainnya.
Para ahli mengklaim bahwa infeksi ulang lebih banyak ditemukan pada varian Omicron.
Baca Juga:
Kenali Perbedaan Varian Covid EG.5, Delta dan Omicron
Menurut jurnal yang diterbitkan di Nature, peneliti mengungkapkan bahwa varian Omicron sangat menular daripada COVID-19 aslinya.
Bahkan, varian ini diklaim meningkatkan jumlah orang terinfeksi ulang secara signifikan.
Berdasarkan data yang dibagikan oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), tercatat sebesar 10 persen mengalami peningkatan terjadinya reinfeksi COVID-19 dari 1 persen sebelum pertengahan November 2021 lalu.
Baca Juga:
Muncul Varian Covid-19 di Denmark dan Inggris, Masyarakat Diminta Waspada
Sebagai informasi, infeksi ulang atau reinfeksi adalah ketika tubuh manusia terpapar patogen yang sama, bahkan setelah terinfeksi virus yang sama pertama kali.
Meskipun sebagian besar pasien akan memiliki perlindungan yang lebih setelah sembuh dari virus Corona, namun kemungkinan reinfeksi masih bisa terjadi lagi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengungkapkan tentang kemungkinan reinfeksi akibat varian Omicron.
"Bukti awal menunjukkan mungkin ada peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron (yaitu, orang yang sebelumnya memiliki COVID-19 dapat terinfeksi ulang lebih mudah dengan Omicron), dibandingkan dengan varian lain yang menjadi perhatian, tetapi informasinya terbatas," kata WHO, dikutip dari Times of India, Minggu (20/2/2022).
Bagaimana gejala yang ditimbulkan?
Adapun gejala yang ditimbulkan tidak berbeda dari gejala infeksi COVID-19 pertama kali, seperti sakit tenggorokan, pilek, hingga sakit kepala.
Akan tetapi, para pakar juga mengungkapkan bahwa orang yang reinfeksi virus Corona lebih dari 1 kali bisa mengalami gejala yang lebih parah. [bay]