Dengan temuan itu, Budiman mengaku pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab dari dugaan hepatitis akut di Indonesia. Hasil penelitian sampel pertama akan disimpan dan dijadikan bahan analisis dengan hasil penelitian sampel selanjutnya.
"Jadi apakah ini signifikan pada infeksi anak? tentu akan sulit kami teliti lebih lanjut, karena anaknya sudah meninggal dunia. Namun tentunya temuan ini tetap kita simpan dan nanti akan kami analisis lebih lanjut dari hasil-hasil pemeriksaan pasien lainnya yang saat ini masih diperiksa di Nusantics," ujarnya.
Baca Juga:
Korupsi APD Kemenkes, KPK Ungkap Satu Tersangka Beli Pabrik Air Minum Kemasan Rp60 Miliar
Lebih lanjut, Budiman sekaligus menyatakan sementara ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan temuan dugaan kasus hepatitis misterius dengan pemberian vaksin Covid-19 di Indonesia. Ia menyebut, sebagian besar pasien suspek hepatitis misterius belum menerima vaksin lantaran usia mereka sebagian di bawah 6 tahun.
Selain itu, Adenovirus yang dikaitkan dengan hepatitis misterius berbeda dari vektor adenoviral yang digunakan dalam pembuatan vaksin Covid-19. Seperti pada vaksin Johnson & Johnson yang menggunakan Adenovirus 26 sementara vaksin AstraZeneca berbasis ChAdOx1.
"Kasus hepatitis akut misterius pada anak tidak berhubungan dengan pemberian vaksin Covid-19," ujar Budiman.
Baca Juga:
Kemenkes: Dampak Pestisida Sistemik pada Anggur Muscat Bisa Bertahan Meski Dicuci
Kementerian Kesehatan melaporkan hingga 12 Mei 2022, terdapat 18 kasus suspek hepatitis akut di Indonesia. Tujuh anak di antaranya meninggal dunia. Dari ketujuh kasus kematian tersebut empat kasus meninggal ditemukan di DKI Jakarta. Kemudian masing-masing satu kasus di Tulungagung, Jawa Timur; Solok, Sumatera Barat dan Kalimantan Timur.
Baru-baru ini dilaporkan kasus kematian anak berusia tujuh tahun di Medan, Sumatera Utara. Pasien tersebut sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Pasien anak tersebut merupakan satu dari dua kasus suspek hepatitis akut yang dilaporkan dinas kesehatan setempat.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi Kemudian menjelaskan, dari dua kasus suspek di Medan, satu di antaranya dinyatakan memiliki penyakit lain sehingga tidak masuk kategori suspek hepatitis akut.